Harga Beras Masih Sumbang Inflasi Hingga Februari 2012
Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan memperkirakan naiknya harga beras, masih akan menjadi berkontribusi
Penulis:
Srihandriatmo Malau
Editor:
Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan memperkirakan naiknya harga beras, masih akan menjadi berkontribusi atas inflasi hingga Februari tahun depan.
“Masih beras ya. karena kan masih ada kenaikan ya,” ungkap Rusman, di Kantor Kementerian Kordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis (6/10/2011).
Hal ini menurutnya mengulang siklus tahunan dimana sampai Februari harga beras juga akan naik. Dan faktanya, siapapun tidak bisa menghindari musim paceklik yang akan datang.
“Artinya musim paceklik itu kan ya memang ada saja yang panen ya. Namun tidak seperti panen raya. Jadi secara psikologis memang harga beras itu, apa persoalannya kan terus pada level tinggi,” demikian diterangkannya kepada media.
“Jadi kalau kita berbicara pertumbuhan inflasi, ya beras akan mejadi yang dominan ya pada kontribusi inflasi,” jelasnya.
Kemungkinan sampai Februari? “Ya, kemungkinan yang lain ada gejolak (komoditas lain-red) juga ya, tapi biasanya beras. Itu sebabnya kita tadi dua jam lebih (Rapat Kordinsi Pagan) diskusi gimana kita bisa jaga,” sebut Rusman.
Namun, Rusman membantah kenaikkan harga beras, akibat faktor psikologis dari pembatalan impor beras Thailand sekitar 300 ribu ton. “Kayaknya enggak, karena yang sudah masuk beras impor kan jauh lebih besar dari pembatalan impor itu,” urainya kemudian.
Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bulan September menyentuh 0,27 persen. Inflasi juga terdorong oleh kenaikkan harga komoditi beras dan cabai merah dalam kelompok bahan makanan.
Deputi Kepala BPS, Bidang Statistik dan Jasa, Djamal menyebutkan bahwa andil dua komoditi pangan ini relatif rendah tapi mampu mendorong inflasi menuju 0,27 persen.
“Beras dan cabai merah sharenya 0,08 persen,” ungkap Djamal, dalam jumpa pers di Gedung BPS, Jakarta, Senin (3/10/2011).