Pertimbangan Dahlan Iskan Bubarkan Petral
MenteriBUMN Dahlan Iskan menyebut dalam waktu dekat akan mengambil keputusan soal nasib anak usaha Pertamina, Pertamina Energy Trading Limited
Penulis:
Srihandriatmo Malau
Editor:
Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menyebut dalam waktu dekat akan mengambil keputusan soal nasib anak usaha PT Pertamina, Pertamina Energy Trading Limited (Petral).
"Kami lihat satu-dua hari ini bagaimana apakah memang harus bubar atau memperbaiki. Apakah nanti itu bagaimana, kami lihat dulu," kata mantan Direktur Utama PLN ini pada wartawan di kompleks Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (27/2/2012).
Sebelumnya, Dahlan Iskan mengusulkan Petral. Dahlan mengklaim usulan tersebut disetujui Direktur Utama PT Pertamina Karen Agustiawan.
"Saya sudah melakukan pembicaraan dengan Dirut Pertamina terkait Petral. Pertamina sering terganggu citranya karena banyaknya isu mengenai Petral dan Dirutnya pun setuju,¨ ujar Dahlan Iskan di kantor Kementerian BUMN, Selasa (21/2/2012).
Menurut Dahlan, selama ini Petral kerap diisukan sebagai tempat korupsi para pejabat Pertamina. Lokasi Petral yang terletak di Singapura, jadi sebab munculnya isu tersbeut. Petral pun diisukan sengaja dikantorkan di Singapura agar lebih sulit dikontrol dan lebih mudah menyembunyikan segala sesuatu.
¨Banyak yang isukan Petral dipakai tempat korupsi, tempat main-main karena Petral itu anak perusahaan Pertamina yang kantornya di Singapura sehingga lebih mudah menyembunyikan sesuatu atau lebih sulit mengontrolnya. Bahkan ada yang menuduh komisi yang diterima orang-orang tertentu dari transaksi Petral bisa berapa barel per tahun,¨ tutur Dahlan.
Banyaknya isu tersebut menurut Dahlan akan mengganggu para Direksi Pertamina dalam bekerja khususnya menyangkut kebijakan good corporate governance (GCG). Hal tersebutlah yang melandasi Dahlan untuk mengajak Dirut Pertamina Karen Agustiawan membubarkan Petral.
¨Awalnya Bu Karen mempertanyakan, jika dibubarkan, tugas Petral siapa yang gantikan dan saya jawab, saya tidak tahu. Tetapi akhirnya Bu Karen setuju dengan syarat, jika dibubarkan, tugas yang saat ini dilakukan oleh Petral jangan dikembalikan seperti dulu sebelum Petral berdiri,¨ terang Dahlan.
Dahlan menjelaskan, sebelum Petral berdiri, tugas-tugas yang saat ini dikerjakan oleh Petral -membeli minyak mentah untuk dikelola di kilang minyak Pertamina dan membeli BBM di luar negeri- ditangani dua direktur Pertamina. Namun, menurut Dahlan, Karen menolak jika nanti Petral dibubarkan lalu kembali ke konsep tersebut. Cara lama dianggap lebih sulit dikontrol dan justru dapat merusak citra Pertamina.
"Ïni menganggu kerja direksi pertamina yang sekarang mati-matian bangun Good Corporate Governance. Bu Karen bilang sebaiknya Petral dibubarkan, atau pilihan kedua, ditarik ke dalam negeri, tetapi jangan dijadikan anak usaha Pertamina karena kalau ditarik dalam negeri, jadi anak usaha, nanti Pertamina akan kembali terbawa,¨ ungkap dia.
Untuk Itu, Dahlan mengusulkan agar tugas-tugas anak usaha Pertamina tersebut nantinya dapat ditangani oleh PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI). Pasalnya, selama ini Petral menangani perdagangan minyak, yang serupa lini bisnis PT PPI
¨Karena ini kan masalah trading. Tetapi ini baru gagasan, yang jelas pertamina tidak keberatan melepaskan Petral. jadi jangan ada anggapan, pertamina senang memiliki petral. jadi nanti pertamina kalau tidak menangani Petral bisa seperti Petronas. Kalau dibandingkan Petronas lebih head on, karena Petronas tidak dibebani tugas yang diberikan seperti Pertamina, yakni subsidi BBM,¨ terang dia.
Dahlan menegaskan pembubaran Petral tidak dimaksudkan untuk menghapuskan jejak jika seandainya korupsi terjadi pada tubuh Petral. Dia pun mempersilahkan jika Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tersebut ingin melakukan pemeriksaan terhadap anak perusahaan Pertamina tersebut.
¨Kalau diperiksa atau tidak terserah KPK. Pertamina tidak takut, tetapi merasa terganggu,¨ ungkap dia.