Komplotan Penipu iPad Gentayangan
Para pemilik counter elektronik harus lebih waspada dalam menjual barangnya, mereka bisa menjadi mangsa jaringan penipu Ipad
Editor:
Yulis Sulistyawan
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Para pemilik counter elektronik harus lebih waspada dalam menjual barangnya. Jika tidak, mereka bisa menjadi mangsa jaringan penipu Ipad yang ditengarai gentayangan di Surabaya. Aksi kawanan penipu iPad itu berhasil diungkap Polrestabes Surabaya.
Jaringan asal Jakarta ini merupakan jaringan lama dan bisa dibilang cukup profesional. Dalam melakukan aksinya, jaringan ini telah merencanakan minimal satu minggu sebelumnya.
Sasaran counternya pun telah ditetapkan sebelumnya. Terakhir, jaringan ini tertangkap Polrestabes setelah berhasil menipu salah satu counter di WTC Surabaya.
Polisi menangkap pelaku saat melangsungkan aksinya di Rumah Sakit Islam A. Yani Surabaya. Pelaku yang berhasil ditangkap adalah, Diki Dek, 53, dan Hongki alias Yong, 55. "Mereka ini cukup profesional dan berpengalaman, terlihat dari modus operandi mereka," kata Kanit Piddek Polrestabes Surabaya, AKP Roman S Elha.
Dalam aksinya, komplotan yang beranggotakan tiga pelaku tersebut, menyamar sebagai seorang dokter. Setiap pelaku memiliki peran masing-masing. Diki berperan sebagai seorang dokter, sedangkan Yong yang mengawasi jalannya transaksi, dan IK (DPO) bertugas menghubungi counter incaran.
"Kali ini, tersangka berpura-pura membeli tiga IPAD, dan mengaku sebagai salah satu dokter bernama Helmi di RSI. Mereka memesan dan meminta agar diantarkan ke RSI," kata Roman.
Menurut Roman, pelaku meminta agar IPAD diantarkan ke RSI, agar mudah lari dan tidak melakukan pembayaran.
Namun apes, polisi telah mendapat laporan dari pemilik counter bahwa terdapat pembeli yang mencurigakan. Akhirnya polisi mengikuti pengantar iPad hingga akhirnya bisa menangkap pelaku.
Roman menjelaskan, jaringan ini telah lama beroperasi. Terlihat dari banyaknya kartu nama countter dari berbagai kota.
"Mereka tidak sembarangan memilih counter, dan telah merencanakannya sebelumnya. Dan setiap aksinya, mereka mengaku sebagai orang dengan profesi yang berbeda-beda dan menyakinkan," tambah Roman.