Euro 2012
Kisah Mencekam Bentrok Suporter dan Polisi di Warsawa
Sebelum merencanakan liputan pertandingan Polandia kontra Rusia, beberapa rekan KBRI Polandia memperingatkan agar berhati-hati
Penulis:
Husein Sanusi

Liputan Khusus Euro 2012 di Tribun Jakarta
Baca Juga Berita Piala Eropa 2012 lainnya
Pernak-pernik dan Laporan Langsung dari Euro 2012
Laporan Wartawan Tribun, Husein Sanusi dariPolandia
TRIBUNNEWS.COM – Jauh hari sebelum merencanakan liputan pertandingan Polandia kontra Rusia, beberapa rekan dari staf Kedutaan Republik Indonesia (KBRI) Polandia memperingatkan saya agar berhati-hati dan menjaga diri saat melakukan tugas liputan. Alasannya pasti bakal terjadi kerusuhan di pertandingan tersebut.
Saya mengikuti nasihat mereka. Awalnya saya merencanakan liputan dengan tangan kosong artinya tanpa membawa semua peralatan liputan terutama kamera dan lensanya. Sebab ini akan sangat mencolok.
Namun sore hari sekitar lima jam sebelum pertandingan, saya mengubah rencana dengan memutuskan membawa semua peralatan lengkap liputan. Dentuman petasan dari arah National Stadium yang terdengar hingga ke apartemen tempat saya menginap memacu adrenalin saya untuk mengabadikan momen itu.
Ternyata benar, sesampainya di depan National Stadium yang jaraknya hanya tiga kilometer dari apartemen situasi benar-benar sudah mencekam. Blokade jalan di mana-mana. Ribuan aparat kepolisian berjaga-jaga. Bahkan kabarnya di atas jembatan sungai Vistula saja disiagakan 60 ribu polisi.
Saya langsung bergabung dengan puluhan fotografer dari media internasional untuk mengambil gambar situasi tersebut. Momen pembakaran bendera Rusia jadi objek rebutan puluhan jurnalis yang sedang berada di lokasi kejadian.
Saat hari mulai gelap, saya memutuskan untuk pindah lokasi ke fans zone Palace Culture yang berjarakan kurang lebih delapan kilometer dari stadion. Untuk bisa sampai kesana harus dengan jalan kaki karena semua kendaraan sudah dilarang melintas.
Setibanya di fans zone situasi bertambah parah. Massa beringas, mengamuk dan tak terkendali. Saya kembali bergabung dengan puluhan fotografer media internasional dengan mengambil posisi di tengah-tengah kerumunan aparat kepolisian yang jadi sasaran utama pelemparan botol kaca dan batu.
Dalam situasi di bawah ancaman lemparan botol kaca dan bebatuan, kami pun berebut gambar di situ sampai sekitar satu jam. Jantung rasanya berdetak kencang saat massa memojokkan barisan polisi hingga ke pojokan perempatan jalan yang otomatis saya dan rekan-rekan media lainnya terpojok.
Tak ada jalan lain, akhirnya saya memutuskan untuk mengamankan diri masuk ke dalam terowongan bawah tanah yang biasanya jadi penyebarangan orang. Terowongan itu terletak di sebelah kanan jalan yang sudah mulai dikuasi massa.
Sekitar dua jam berada di terowongan tersebut, saya memutuskan keluar dengan pertimbangan situasi sudah mulai mereda. Saya pun bisa kembali lagi ke apartemen dengan selamat.(*)