Korupsi Al Quran di Kementerian Agama
Nasarudin Umar: Dosanya Berlipat Kalau Bermain Alquran
Nama baik Nasarudin Umar dipertaruhkan, dalam dugaan korupsi pengadaan Alquran di Kementerian Agama.
Penulis:
Y Gustaman
lihat foto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nama baik Nasarudin Umar dipertaruhkan, dalam dugaan korupsi pengadaan Alquran di Kementerian Agama.
Selama menjabat sebagai Dirjen Bimas Islam, yang tak lain sebagai kuasa pengguna anggaran dalam proyek ini, Nasarudin mengaku sudah bekerja sesuai prosedur.
Latar belakang Nasarudin adalah akademisi tulen. Ia pernah menjabat sebagai pembantu rektor di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ia diminta Kemenag untuk menjalankan fungsi Dirjen Bimas Islam. Kini, ia tercatat sebagai rektor Institut Ilmu Alquran, dan Wakil Direktur Pusat Studi Quran.
"Sangat naif kalau saya melakukan (pelanggaran hukum) untuk sesuatu yang berkaitan dengan Alquran," ujar Nasarudin yang kini menjabat sebagai Wakil Menteri Agama, kepada wartawan di Kemenag, Jakarta, Jumat (22/6/2012).
Dalam proyek suci ini, lanjutnya, ia tak pernah meng-upgrade anggaran pengadaan Alquran. Bahkan Nasarudin mengusulkan jangan sampai Alquran yang selesai dicetak terdapat robekan, dan bekas yang terbuang tidak boleh diinjak-injak.
Maka, ia mengaku meminta pemenang tender menyiapkan tempat luas.
"Kami tidak mau melihat Alquran ditumpuk di bagian bawah, dan komik di bagian atas. Siapapun yang memenangkan tender harus menyediakan gudang lebih luas. Bahkan, perempuan yang menstruasi, mohon maaf, saya minta tidak memegang mushaf Alquran," paparnya.
"Makanya, saya minta betul pada staf dan karyawan, mari kita berhati-hati pada Alquran. Seandainya ada pengandaian, saya garis bawahi, lebih baik kalian bermain di sektor lain daripada Alquran. Alquran ini kitab suci. Dosanya murakab (berlipat) kalau bermain dalam hal ini," tutur Nasarudin. (*)
BACA JUGA
