Mandi Sungai Tengah Hari Harap Berkah Tuan U Ciek
Ratusan warga Tionghoa berbondong-bondong melaksanakan tradisi mandi sungai pada tengah hari (Wu Shi/U Shi)
Editor:
Widiyabuana Slay
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Steven Greatness
TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK - Ratusan warga Tionghoa berbondong-bondong melaksanakan tradisi mandi sungai pada tengah hari (Wu Shi/U Shi), antara pukul 11.00 - 13.00 WIB yang jatuh pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek di Sungai Kapuas, Pontianak, Sabtu (23/6/2012).
Pantauan Tribun, sepanjang Sungai Kapuas, khususnya tempat penyeberangan Ferry serta di Desa Kapur dan Dermaga Tirta Ria, Sungai Raya, masyarakat Tionghoa baik tua muda tampak asyik berenang di sungai. Sebagian warga memilih menggunakan sampan ke tengah Sungai Kapuas lalu menceburkan diri ke sungai untuk berenang.
Tradisi mandi di sungai (U-Shi) adalah tradisi orang Tionghoa yang merupakan bagian dari perayaan Tuan U Ciek, yaitu tradisi makan kue "Bak Cang" dan mandi di sungai pada tengah hari. Perayaan Tuan U Ciek juga disebut dengan Ng Nyat Ciat (bahasa Hakka) atau Ngow Gwek Cot (bahasa Tio Ciu), yang diperingati setiap tahun secara turun temurun.
Budayawan Tionghoa Kalbar, Lie Sau Fat, mengatakan mandi pada saat U-Shi di sungai atau laut dalam kepercayaan masyarakat Tionghoa tradisional dapat memberikan berkah, dan keselamatan. Masyarakat berharap segala sifat buruk dan tabiat yang tidak baik, biar dihanyutkan mengikuti derasnya arus air yang mengalir.
"Intinya, kita harus introspeksi diri, merenungi tingkah laku selama ini yang benar dan yang salah sehingga dapat memperbaiki diri menjadi manusia yang jauh dari bala petaka," ungkap XF Asali nama lain Lie Sau Fat kepada Tribun, Sabtu (23/6).
Santi, satu di antara warga Tionghoa yang sedang mandi U Shi di Sungai Kapuas, mengatakan tradisi mandi di sungai dilakukannya setiap tahun dan sudah turun temurun dilaksanakan keluarganya.
"Dengan mandi di sungai pada hari besar Ngow Gwek Cot, kita berharap dapat membuang segala keburukan atau sial kita sehingga bisa memperoleh keselamatan, kesehatan, dan dapat hoki," ungkapnya.
Hal lainnya dikatakan Julia yang menceburkan dirinya ke sungai. Menurutnya, air yang mengalir pada saat detik u-shi dapat dijadikan obat karena mempunyai khasiat.
"Selain mandi, kami juga bawa pulang air sungai yang tepat pada detik-detik U Shi. Kepercayaan kami air ini bermanfaat dan berkhasiat, sewaktu-waktu bisa dijadikan obat," ujarnya.
Menurut Asali, perayaan Tuan U Ciek juga dirayakan dengan makan Ki Cang atau Bak Cang, yakni kue berbentuk kerucut yang terbuat dari beras ketan pilihan yang didalamnya berisikan cincangan daging, kacang tanah, jamur kering, dan lainnya sesuai selera.
Bagi yang vegetarian dibuatkan Cang tawar atau tanpa isi di masak dengan ki sui atau air kapur yang terbuat dari pembakaran kulit kerang sehingga dinamakan Ki Cang (Tio Ciu) atau Ki Cung (Hakka) hingga menjadi kenyal dan berwarna kekuning-kuningan, serta dimakan dengan gula pasir atau gula Jawa.