Liga Prima Indonesia
Setelah Mogok Tanding, Irfan Bachdim Cs Juga Mogok Latihan
Setelah Senin malam punggawa Persema menolak tanding melawan Persija, Bima Sakti cs kembali mogok latihan, Selasa (26/6/2012)
Laporan Wartawan Surya, Irwan Syairwan
TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Persema Malang melanjutkan aksi mogoknya. Setelah Senin (25/6/2012) malam punggawa Laskar Ken Arok menolak tanding melawan Persija, Bima Sakti cs kembali mogok latihan, Selasa (26/6/2012).
“Pemain masih tetap mogok. Kami dari manajemen tidak bisa berbuat apa-apa kalau itu semua sudah kesepakatan seluruh pemain,” kata Sekretaris Tim Persema, Eka ananta, Selasa (26/6/2012).
Menurut Eka, keinginan manajemen adalah tidak ada aksi mogok. Pasalnya, lanjut Eka, hal itu akan berdampak negatif terhadap pemain sendiri.
“Pastinya klub-klub lain mencatat aksi ini. Kalau semua klub yang bermain di liga melakukan aksi serupa, itu tidak masalah. Tapi kalau hanya Persema, klub yang tidak mogok nantinya enggan mereka merekrut anak-anak pada musim depan,” lanjut Eka.
Eka membeberkan, akibat aksi mogok tanding kemarin panitia rugi Rp 1,3 miliar. Hal itu ungkap Eka, adalah untuk membayar disclaimer pihak MNC, selaku official broadcaster Liga Prima Indonesia (LPI).
“Dalam perjanjiannya, kalau siaran langsung tidak jadi siar, pihak konsorsium harus membayar kerugian MNC sebesar Rp 1,3 miliar,” beber Eka.
Meski menyayangkan aksi mogok, Eka mengaku memahami keresahan pemain. Namun begituEka menegaskan tidak ada perpecahan antara manajemen dan pemain Persema. Manajemen, lanjut Eka, menghormati keputusan pemain yang memilih opsi mogok.
“Para pemain sudah habis kesabarannya. Mereka sudah tidak bisa lagi memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Kami memahami itu. meski sebenarnya kami ingin anak-anak tetap tanding. Usai mogok kemarin, para pemain juga menghubingi saya dan kita guyon-guyon seperti biasa,” ungkapnya.
Sementara itu kiper utama dan bek tengah Persema, Sukasto Efendi dan Leo Tupamahu, menuturkan masih tetap kepada keputusan semula, tidak akan berlatih maupun bertanding sampai gaji pemain minimal satu bulan terpenuhi.
“Dari kami sebenarnya sederhana. Cukup gaji sebulan dibayar, maka kami tenang dan siap berlaga. Saya juga tahu kerja keras manajemen untuk melobi hal itu, tapi ternyata tidak ada keinginan dari pemilik klub untuk membayar gaji. Terpaksa kami teruskan jalan ini karena kami sudah tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan hidup kami,” imbuh Sukasto yang diamini Leo.