MUI Kaltim Ikut Pemerintah dalam Penentuan Awal Ramadhan
Drs H Hamri Has mengaku hingga kini pihaknya belum menerima undangan dari Kementrian Agama, maupaun pengadilan agama,
Editor:
Budi Prasetyo

TRIBUNNEWS.COM SAMARINDA, - Menurut rencana, penentuan awal Ramadhan rencananya akan dilakukan Kamis (19/7/2012) nanti. Untuk wilayah Samarinda, proses melihat bulan sebagai tanda masuknya Ramadhan akan dilakukan di Kompleks Islamic Center Samarinda.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kaltim, Drs H Hamri Has mengaku hingga kini pihaknya belum menerima undangan dari Kementrian Agama, maupaun pengadilan agama, terkait rencana penentuan awal Ramadhan tersebut. "Surat undangannya belum kita terima, tetapi kemungkinan Kamis sore nanti, baru akan ditentukan," ungkap Hamri, Minggu (15/7/2012).
Menyikapi perbedaan awal Ramadhan yang akan terjadi antar ormas Islam, menurut Hamri merupakan hal biasa. "Ini negara demokratis, di mana setiap orang berhak berpendapat. Tapi MUI dan ormas Islam lain kecuali Muhammadiyah itu ikut pemerintah," kata Hamri.
Perbedaan awal Ramadhan yang mungkin terjadi, kata Hamri, disebabkan metode dasar penentuan yang berbeda. Pemerintah dan MUI, menurutnya, berpatokan pada Hadist Nabi SAW untuk menetukan awal Ramadhan.
"Ada Haditsnya yang berbunyi, Puasalah kamu denga melihat bulan, dan berhari rayalah dengan melihat bulan pula. Ada juga ayat yang menyatakan, apabila bulan tidak terlihat, maka kita diminta menyempurnakan bulan Syaban menjadi 30 hari, sebagai dasar penetapan awal Ramadhan," jelas Hamri.
Adapun teknis penentuan awal Ramadhan yang biasa dilakukan pemerintah yakni memantau pergerakan bulan menggunakan mata telanjang dan alat canggih. "Instruksinya biasa dari pusat, semua daerah diminta memantau bulan, dan melaporkan hasilnya untuk selanjutnya dilaksanakan Sidang Rukhiyah," paparnya
Apabila Kamis sore nanti terlihat bulan, maka awal Ramadhan ditetapkan Jumat (20/7). "Tapi jika tidak terlihat, awal Ramadhan dipastikan Sabtu," katanya lagi.
Sementara untuk Muhammadiyah, lanjut Hamri, penentuan awal Ramadhan dilakukan dengan metode berbeda. "Muhammadiyah tidak melihat bulan, tapi ada atau tidak bulan itu. Kalau ada, meski sekecil apapun, meski tidak terlihat, tapi dalam perhitungan ada, ya awal Ramadhan dimulai," pungkasnya. (*)
Berita Terkait :
- Pemuda Pancasila dan IPK Terlibat Bentrokan Berdarah 11 menit lalu
- Polda Isyaratkan Penetapan Tersangka 32 menit lalu
- 42.500 Personil Amankan SBY Di Solo 56 menit lalu
- Pemkab Prioritaskan Akses Desa ke Kecamatan 1 jam lalu
- 40 Persen Desa Belum Terhubung 1 jam lalu
- DPRD Berharap Perbaikan Jalan Trans Kaltim 1 jam lalu
- Gubernur Minta Perusahaan Bantu Listrik 1 jam lalu
- Warga Solo Cap Jempol Dukung Jokowi-Ah