Pernikahan Massal Jalanan Ala Jakarta
Ada yang menarik saat kita berkunjung ke Monas pada Minggu(15/7/2012) kemarin.
Laporan Sari Oktavia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ada yang menarik saat kita berkunjung ke Monas pada Minggu(15/7/2012) kemarin. Ratusan kursi berjejer di halaman yang maha luas siap dengan tenda besarnya.
Tak ketinggalan pula panggung yang sudah siap untuk digunakan ratusan pasangan pengantin yang saat itu berkumpul di lokasi wisata di Jakarta ini.
Agenda pernikahan massal inilah yang ternyata membuat pemandangan tak biasa di Monas. Badan Amil dan Zakat Nasional(BAZIS) sebagai penyelenggara menawarkan konsep baru pernikahan massal di jalanan, 'Wedding On the Street' di silang Monas, Jakarta Pusat.
Berbagai macam dekorasi telah dipersiapkan untuk acara itu, seperti spot pelaminan lengkap, ondel-ondel , karpet jingga yang membentang sepanjang pelaminan hingga berbagai hiasan bunga. Dengan didominasi warna biru dan putih, pelaminan pengantin dalam acara ini menjadi pelaminan terpanjang yang pernah ada di Indonesia.
'Wedding On the Street' dimulai dengan pertunjukkan ratusan pasang pengantin. Pasangan-pasangan pengantin ini duduk berbaris dalam pelaminan yang ada di halaman Monas. Ratusan pasangan pengantin ini memakai baju adat masing-masing daerah mereka.
Sontak saja acara yang dihelat di pusatnya kota Jakarta ini menarik perhatian masyarakat sekitar. Ada dari mereka yang sekadar memotret pengantin maupun lokasi pernikahan, ada yang ikut berfoto dengan pengantin, hingga rela berdesak-desakan demi melihat prosesi pernikahan ini.
Tidak hanya 'Wedding on The Street' berlangsung pula acara 'TEMU KENAL PEMBANTU RUMAH TANGGA (PRT)'. Acara ini diadakan oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta.
Pagelaran itu diperuntukkan untuk semua PRT yang ada di Jakarta dan bertujuan untuk merekatkan silaturahmi antar PRT. Selain diisi dengan perkenalan antar sesama PRT, acara ini juga diisi dengan hiburan.
Di tengah-tengah berlangsungnya kedua acara ini, aktivitas lainnya di hari Minggu tersebut tetap berjalan. Di beberapa bagian, tampak bertebaran penjual berbagai barang mulai dari penjual berbagai jenis minuman, makanan, hingga layang-layang. Tidak hanya penjual, berbagai jasa juga ditawarkan mulai dari jasa foto hingga jasa sewa sepeda.
Minuman dan makanan yang dijual pun sangat beragam mulai dari es teh, es jeruk, berbagai minuman dalam kemasan, hingga es podeng. Sementara itu, untuk jenis makanan pun tidak jauh berbeda mulai dari gado-gado, donat, gorengan, tahu gejrot, empek-empek , dan masih banyak lainnya.
Monas merupakan salah satu ruang publik yang ada di Jakarta. Hingga saat ini, selain monas, ada beberapa ruang publik lainnya yang masih dimanfaatkan oleh masyarakat Jakarta seperti Taman Menteng dan Taman Suropati.
Kehadiran ruang publik di Jakarta memberikan banyak manfaat bagi masyarakat. Ruang publik sering digunakan sebagai pusat interaksi warga dari berbagai kelas. Di Monas sendiri, interaksi ini terjadi setiap saat mulai dari interaksi antara pedagang dan pejabat, seniman dan arsitektur, pengamen dan pengusaha, dan lain sebagainya.
Matahari mulai beranjak ke barat. Dua acara tersebut sudah selesai. Meski demikian, Monas tidak pernah mati. Masyarakat bergantian keluar masuk untuk berinteraksi di dalamnya. Monas bukan hanya simbol Ibu Kota. Monas adalah salah satu bukti bahwa masyarakat Ibu Kota masih sangat membutuhkan ruang publik di tengah perkembangan pembangunan di Jakarta. Oleh karena itu, pemerintah perlu untuk menambah ruang-ruang publik di Jakarta.
- 1300 Warga Jepang Tanam Mangrove di Tepi Jalan Tol Bandara
- Ancaman banjir membuat 250.000 warga Jepang mengungsi
- Ancaman banjir membuat 250.000 warga Jepang mengungsi
- Anda Penggemar Masakan Tempura? Begini Resep Bikinnya
- Sering Dianiaya Teman, Remaja Jepang Nekat Bunuh Diri
- Belajar Bahasa Jepang di Rumah Saja