Penderita Diabetes Wajib Kontrol Gula Darah Ketika Puasa
Ketika berpuasa, gula darah menurun. Bagaimana dengan pasien diabetes menjalaninya?
Penulis:
Agustina Rasyida
Editor:
Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Ketika berpuasa, gula darah menurun, kolesterol berkurang, racun pun perlahan-lahan menghilang, makan teratur, dan masih banyak keuntungan lainnya.
Namun khusus untuk pasien diabetes, berpuasa Ramadan harus dipersiapkan dua - empat bulan sebelumnya. Mengapa? Karena untuk mengkaji dan konseling pasien, apakah dapat menjalankan ibdah puasa atau tidak.
"Pengkajian termasuk kontrol metabolik, stratifikasi risiko, penyesuaian terapi siap puasa, self-care, sampai edukasi dalam menjalankan puasa bagi pasien diabetes," ujar dr. Tri Juli Edi T, SpPD.
Menurut Tri, pasien diabetes dapat berpuasa, tetapi sebelum puasa harus memersiapkan terapi dan anjuran dokter. Ada empat klasifikasi pasien diabetes yang berisiko saat puasa, yaitu risiko ringan: pasien terkontrol dengan diet atau memakai metformin atau TZD, risiko sedang: pasien terkontrol pemakai sulfonilurea atau glinid.
Kemudian yang tergolong risiko tinggi: pasien diabetes dengan gangguan fungsi ginjal, tinggal seorang diri, pemakai insulin atau sulfonilurea, usia lanjut yang sakit-sakitan. Risiko sangat tinggi: pasien diabetes dengan kehamilan, diabetes tipe 1, cuci darah, gula darah sering sekali drop, dan ketoasidosis.
Dari hal di atas, Tri memaparkan bahwa pasien diabetes harus mewaspadai jika saat berpuasa kadar gula darah terlalu rendah (hipoglikemia), gula darah terlalu tinggi (hiperglikemia), darah menjadi asam (ketoasidosis), bahkan kekurangan cairan (dehidrasi), serta timbul bekuan di pembuluh darah (trombosis).
"Selama puasa, pasien diabetes harus makan makanan yang sehat dan seimbang, kurangi lemak, perbanyak serat seperti sayur dan buah," lanjut Tri.
Selain itu, menyegerakan berbukan dan melambatkan sahur, pilih karbohidrat kompleks yang butuh pembakaran lama saat sahur, minum yang cukup atau minimal delapan gelas tiap hari, serta batasi asupan kalori, yaitu 50 persen buka puasa, 10 persen setelah tarawih, dan 40 persen sahur.
Hal penting yang harus diakukan pasien adalah memonitor gula darah, pemeriksaan gula darah ini tidak membatalkan puasa. Jadi saat bulan Ramadan perlu lebih ketat memonitor, terlebih jika pasien menunjukkan gejala hipoglikemia dan hiperglikemia. Serta cek gula darah sebelum sahur, dua jam sesudah sahur, sebelum berbuka, dan dua jam setelah berbuka puasa.
Dengan memonitor kadar gula darah, pasien dapat memutuskanakan melanjutkan puasa atau tidak. Jika pasien mengalami kondisi tertentu, mereka harus membatalkan puasa. Seperti gula darah turun 60 mg/dl atau kurang, gula darah turun sekitar 70 mg/dl di jam-jam awal terutama pemakai insulin, sulfonilurea, atau glinid yang digunakan saat sahur, dan jika gula darah melambung lebih dari 300 mg/dl.
"Keputusan puasa atau tidak ada di tangan individu, dokter hanya memberikan saran. Tetapi jika terjadi gejala hipo atau hiperglikemia, jangan ragu untuk membatalkan puasa demi kesehatan, daripada terjadi hal-hal yang nggak diinginkan?" tegas Tri.