Sabtu, 20 September 2025

Anas: Kelangkaan Tempe Ancam Konsolidasi Demokrat

Rombongan DPP Partai Demokrat dipimpin ketua umum Anas Urbaningrum dan Sekjen Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) melanjutkan perjalanan

Penulis: Abdul Qodir
Editor: Anwar Sadat Guna
zoom-inlihat foto Anas: Kelangkaan Tempe Ancam Konsolidasi Demokrat
TRIBUN JOGJA/Bramasto Adhy
Ketua Umum Partai Demokrat (PD), Anas Urbaningrum didampingi Sekjen PD, Edy Baskoro serta beberapa kader PD mengunjungi kantor DPD PD di Jalan Kol Sugiyono, Yogyakarta, Rabu (8/8/2012). Kegiatan tersebut merupakan rangkaian Safari Ramadan keliling Pulau Jawa dan Madura.

TRIBUNNEWS.COM, NGAWI - Rombongan DPP Partai Demokrat dipimpin ketua umum Anas Urbaningrum dan Sekjen Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) melanjutkan perjalanan Safari Ramadan dengan mengunjungi sentra kripik tempe di Dusun Sadang, Desa Karang Tengah Prandon Kabupaten Ngawi, Jatim, Kamis (9/8/2012).

Seusai melongok tahapan pembuatan kripik tempe di rumah Supriyanto, Anas mengatakan, solusi atas kelangkaan tempe dan kedelai adalah perlunya pemerintah menyediakan lahan, bibit, pupuk, dan riset teknologi penemuan varietas unggulan baru untuk kedelai ini.

Dengan begitu diharapkan bisa menarik petani kedelai untuk produksi kedelai.

"Karena para petani sebagian mengalihkan lahannya untuk tanam yang lain, karena secara ekonomis sekarang ini kalah dengan komoditas yang lain, seperti padi dan jagung."

"Karenanya, harus ada upaya, khususnya dari pemerintah. Saya yakin pemerintah akan mengambil langkah-langkah khusus untuk masalah pemenuhan kebutuhan kedelai ini," ujar Anas.

Menurut Anas, saat ini produksi kedelai dalam negeri itu baru bisa memenuhi lebih kurang sepertiga konsumsi nasional. Dan dua per tiga masih impor. Padahal, kedelai adalah salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia.

Tanpa memaparkan maksudnya, mantan ketua HMI itu pun mengakui bahwa konsolidasi partainya sempat terganggu gara-gara kelangkaan kedelai dan tempe beberapa waktu lalu.

"Saya, Sekjen (Ibas), kalau sehari saja tidak makan tahu dan tempe, itu bisa lemas. Kalau enggak makan daging, enggak apa-apa. Tapi, (enggak makan) tahu tempe bisa lemas, enggak konsentrasi kerja, konsolidasi partai bisa terganggu," ucapnya.

Karena itu, Anas berharap pemerintah, khususnya Kementerian Pertanian, memberikan perhatian khusus atas masalah kelangkaan tempe dan kedelai ini.

Solusi lawas yang ditawarkan Anas, adalah perlunya Badan Urusan Logistik (Bulog) diberi tugas tambahan sebagai penyedia atau penyangga komoditas ini. Namun, tugas baru Bulog itu perlu didukung pengalokasian dana.

"Kalau tidak, tentu tidak bisa. Dulu zaman IMF, kewenangan Bulog dilucuti sebagian besar. Saya rasa sekarang waktunya secara terukur dikembalikan peran Bulog sebagai penyangga stabilitas harga pangan nasional. Dan kedelai itu salah satu komoditas pangan nasional yang harus diprioritaskan," imbuhnya.

Dia menambahkan, bahwa dengan adanya sentra kedelai yang mampu menghasilkan 2,5 ton per hektare perlu dikembangkan secara nasional. Dengan begitu, diharapkan swasembada kedelai dapat terwujud dalam waktu dekat.

"Pokoknya kedelai ini bagian dari identitas kita. Tempe dan tahu itu identitas nasional kita, identias kuliner. Bahkan, buktinya bisa menghasilkan industri kreatif di bidang kuliner. Dan ini menggerakan ekonomi rakyat."

"Bayangkan kalau kita bisa swasembada, maka makin banyak rakyat kita yang terpenuhi kebutuhannya dan makin banyak potensi industri keratif kuliner seperti ini," tukasnya.

KLIK JUGA:

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan