Jumat, 12 September 2025

Jelang Lebaran Peyek Tumpuk Diburu

Peyek tumpuk adalah salah satu makanan tradisional khas Bantul. Jelang lebaran, pesanannya naik.

zoom-inlihat foto Jelang Lebaran Peyek Tumpuk Diburu
TRIBUN JOGJA
Peyek tumpuk

TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Peyek tumpuk adalah salah satu makanan tradisional khas Bantul. Makanan seperti kerupuk yang terbuat dari kacang tanah dicampur adonan tepung beras ini mengalami kenaikan produksi menjelang lebaran tiba.

Diantara sekian produsen peyek tumpuk adalah pasangan suami istri Sadimin (53) dan Jinem (52), sejak sekitar tahun 1988 ia mulai mengembangkan usahanya di dusun Kedon, Sumbermulyo, Bambanglipuro Bantul.

"Sebelumnya saya dulu ikut jadi karyawan di Peyek Mbok tumpuk, setelah beliau meninggal akhirnya memberanikan diri untuk produksi sendiri," ujar Sadimin pada Tribun, Kamis (9/8/2012).

Hingga kini ia hanya dibantu seorang karyawan saja untuk memproduksi peyek tumpuk dua hari sekali sebanyak satu kuintal adonan setiap kali produksi.

Menjelang lebaran seperti ini, ia mengaku kebanjiran pesanan dari para pengecer dan beberapa pusat oleh-oleh di Yogja.

"Kalau hari biasa kami menggoreng rata-rata satu kuintal adonan sekali produksi, namun kalau menjelang lebaran seperti ini bisa 10 kali lipatnya," ujar Jinem pada Tribun di sela menggoreng peyek di dapurnya, Kamis (9/8/2012).

Untuk saat ini saja ia sudah menerima pesenan sebanyak lima kuintal. "Sekarang saja sudah dapat pesanan lima kuintal, belum nanti dekat-dekat lebaran kurang lima hari, belum ditambah jualan sendiri sekitar tiga kuintal," ungkapnya.

Untuk sekali produksi peyek tumpuk sebanyak satu kuintal adonan, diperlukan kacang tanah sebanyak 75 Kg serta 25 Kg tepung beras yang dibikinnya sendiri.

"Tepung beras saya giling sendiri, selain lebih irit bahan baku, juga kualitasnya tetap terjaga. Untuk sekali produksi kira-kira butuh waktu sembilan jam, mulai jam 8 pagi," ungkapnya.

Sedangkan bahan lain untuk satu kali produksi, ia membutuhkan minyak goreng sebanyak 30 liter, dan kayu bakar tiga ikat. Sementara proses penggorengan dilakukan diatas tungku tanah liat.

"Agar tetap renyah, penggorengan adonan dilakukan sebanyak dua kali menggunakan kayu bakar diatas tungku. Penggorengan pertama dibuat setengah matang, kemudian didiamkan kurang lebih semalam lalu esok harinya baru digoreng kembali hingga benar-benar matang dan renyah," kata Jinem.

Secara fisik, ukuran peyek tumpuk masing-masing sebesar kepalan tangan orang dewasa. Yang membedakan dengan peyek kacang lain adalah peyek tumpuk ini adonannya 80% berupa kacang tanah, sementara peyek kacang biasa justru sebaliknya.

Satu kali produksi sebanyak 1 kwintal adonan menghasilkan sekitar 1 kuintal lebih peyek siap makan.

"Kalau di hitung ya bisa jadi 800 biji lebih. Kita jualnya per setengah kilo isi empat itu Rp 26 ribu,"ujar Jinem.

Sementara bila menjelang lebaran ini meskipun harga bahan baku naik, ia tidak akan mengurangi takaran adonan. "Saya pilih naikkan harga Rp 2000 saja, jadi harga jualnya Rp 28 ribu," pungkasnya. (Yudha Kristiawan)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan