Wayang: Tontonan, Tuntunan, dan Karakter Bangsa
Wayang Indonesia telah melalui proses dalam kurun waktu yang sangat panjang mulai zaman animisme orang sudah
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wayang Indonesia telah melalui proses dalam kurun waktu yang sangat panjang mulai zaman animisme orang sudah menciptakan boneka dalam bentuk patung atau gambar untuk menampilkan cerita-cerita yang memuja kesaktian nenek moyang, sehingga penampilan wayang lebih terkait kepada upacara-upacara ritual pemujaan nenek moyang.
Masuknya agama-agama besar seperti Hindu, Budha dan Islam. Agama Hindu telah membawa cerita Ramayana dan Mahabarata. Masyarakat Kerajaan Demak pada abad ke 15 wayang yang terbuat dari kulit maupun dari kayu sehingga merupakan stilasi dari bentuk manusia seperti yang dapat dilihat saat ini dalam seni rupa wayang kulit Purwa Jawa dan Wayang golek Purwa Sunda.
"Wayang Indonesia yang melalui masa ribuan tahun lamanya maka tidak mengherankan kalau jenis wayang di Indonesia tidak kurang dari 100 jenis.
Atas perkembangan zaman yang telah membawa perubahan budaya dan peradaban manusia maka wayang juga mengalami pasang surut dan menghasilkan wayang-wayang yang masih mampu bertahan hidup seperti yang dapat kita lihat saat ini," tutur Ekotjipto SH, Ketua Umum Pepadi Pusat dalam diskusi wayang bertema Quo Vadis Wayang Indonesia? yang diselenggarakan BCA-Kompas TV di Hotel Santika Premiere Jakarta belum lama ini.
Wayang yang masih digemari masyarakat adalah Wayang kulit purwa Jawa dengan berbagai gaya (Surakarta, Yogyakarta, Jawa Timuran, Banyumasan, Cirebon, Betawi), wayang Golek Purwa Sunda, wayang Parwa Bali, wayang Sasak (Lombok). Juga wayang Palembang, Wayang Banjar, Wayang Golek Cepak, wayang Klitik / Krucil, Wayang Gedog, Wayang Beber.
Dosen ISI Surakarta, Bambang Murtiyoso menyatakan peranan wayang dalam masyarakat sungguh besar dan hal tersebut berlangsung sejak penciptaan serta pemasyarakatan wayang pada awalnya hingga saat sekarang yang ternyata wayang masih disukai oleh masyarakat atau dengan kata lain wayang masih dibutuhkan masyarakat.
Adapun wayang bermanfaat sebagai :
- Wayang sebagai tontonan sekaligus tuntunan
Pergelaran wayang adalah sebuah tontonan yang menarik yang penuh estetika. Bebagai aspek seni dituangkan oleh Dalang beserta kelompok seniman pengiringnya (pengrawit, pesinden) mulai dari seni rupa wayang, seni gerak wayang, alur cerita, seni drama, seni suara, seni karawitan yang mengiringi.
- Wayang sebagai media sosialisasi program pembangunan
Di era tahun 70-80 an wayang telah banyak berperan menyukseskan program KB oleh BKKBN; pemeliharaan hutan oleh Departemen Kehutanan, pencegahan penyakit menular oleh Departemen Kesehatan. Bank Indonesia sejak pertengahan 2007 hingga sekarang telah menggunakan wayang untuk program menangkal uang palsu dan gerakan uang bersih; disusul oleh LPSK yang menyosialisasikan implementasi dari undang-undang tentang perlindungan saksi dan korban. Pada dasarnya program dari instansi apapun dapat disosialisasikan melalui media wayang.
- Wayang sebagai media dakwah
Kegiatan ini telah dilakukan oleh para wali di zaman Kerajaan Demak abad ke 15. Para Wali peranannya sangat besar dalam proses akulturasi wayang yang sebelumnya telah berkembang melalui era masuknya agama Hindu. Para Wali memepergunakan wayang yang sudah disesuaikan untuk mengajarkan agama Islam.
- Membangun Karakter Bangsa
Membangun karakter bangsa telah didengungkan oleh Presiden Soekarno pada masa pemerintahan beliau (1945-1965) dengan istilahnya yang terkenal "Nation and character building". Yang menjadi sasaran beliau adalah membangun bangsa dan sekaligus watak bangsa. Bung Karno telah berhasil menyatukan Indonesia menjadi bangsa yang besar yang tidak lagi berkarakter kuli atau bangsa tempe.
Baca Juga: Lestarikan Wayang Lewat Pentas Berbahasa Indonesia