Kasus Simulator SIM
4 Perwira Polri Mangkir Jadi Saksi Simulator SIM
Empat perwira polisi yang dipanggil penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Rabu (29/8/2012), sebagai saksi kasus dugaan korupsi
Penulis:
Edwin Firdaus
Editor:
Anwar Sadat Guna

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Empat perwira polisi yang dipanggil penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Rabu (29/8/2012), sebagai saksi kasus dugaan korupsi Simulator SIM di Korlantas Polri, mangkir.
Padahal, sedianya mereka akan dimintai keterangan guna melengkapi berkas terangka mantan Kepala Korlantas Polri Irjen Pol Djoko Susilo.
"Keempatnya tidak hadir tanpa keterangan," kata Kabag Pemberitaan dan Informasi KPK, Priharsa Nugraha.
Karena itu, lanjut Priharsa, akan dilakukan pemanggilan ulang terhadap keempatnya. Walaupun, belum dipastikan waktunya.
Seperti diketahui, KPK akhirnya menjadwalkan pemeriksaan terhadap saksi dari pihak Polri terkait penyidikan kasus dugaan korupsi pengadaan alat simulator uji Surat Izin Mengemudi (SIM) di Korlantas Polri, Rabu (29/8/2012) ini.
Keempat saksi yang dipanggil KPK adalah perwira kepolisian. Mereka adalah AKBP Wisnu Budaya, AKBP Wandi Rustiwan, Kompol Endah Purwaningsih, serta Kompol Ni Nyoman Suwartini.
Di mana, keempatnya adalah panitia lelang terkait proyek pengadaan Simulator SIM tahun anggaran 2011 di Korlantas Polri.
Menurut Priharsa, surat panggilan kepada keempat perwira polisi tersebut sudah dilayangkan sejak 15 Agustus 2012.
Ketika dikonfirmasi, Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto membenarkan bahwa KPK telah memanggil saksi yang berasal dari institusi kepolisian.
"Sepengetahuan saya, ada (anggota kepolisian) yang sudah dipanggil. Soal sudah diperiksa, (saya) belum tahu," kata Bambang saat jumpa pers di kantor KPK, Jakarta, Rabu (29/8/2012).
Dalam proyek pengadaan simulator senilai Rp 189 miliar tersebut, Wakil Kepala Korlantas Brigjen Pol Didik diketahui memang berperan sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
Di mana, ia diduga mengetahui adanya penggelembungan harga pengadaan alat simulator.
Sebab, ia diduga menandatangani kesepakatan harga simulator sepeda motor sebesar Rp 77,79 juta per unit dan simulator mobil Rp 256,142 juta per unit.
Padahal, harga per unit simulator sepeda motor hanya Rp 42,8 juta dan simulator mobil Rp 80 juta per unit.
Selain itu, Didik diduga juga dekat dengan Budi Susanto. Sehingga, PT CCMA memenangkan proyek pengadaan tersebut. Dan selanjutnya, oleh Budi pengadaan proyek tersebut disubkontrakkan ke PT ITI milik Bambang senilai Rp 90 miliar.