Rabu, 10 September 2025

Mantan Pelaku Teroris Saling Berpelukan Dengan Korbannya.

PERISTIWA bom Mariot yang terjadi 5 Agustus 2003 tidak akan pernah hilang dari benak Febby Firmansyah (35).

Editor: Budi Prasetyo
zoom-inlihat foto Mantan Pelaku Teroris Saling Berpelukan Dengan Korbannya.
IST
Terlihat Feby mengendong anaknya Juni 2011, saat diundang google menghadiri SAVE (summit agains violence extrimism ) di Dublin, Irlandia.

TRIBUNNEWS.COM SEMARANG - Tidak selamanya korban terorisme dan mantan pelaku teroris bermusuhan. Mereka bisa saling peluk satu sama lain. Bahkan menjadi saudara.

PERISTIWA bom Mariot yang terjadi 5 Agustus 2003 tidak akan pernah hilang dari benak Febby Firmansyah (35). Bagaimana bisa? Akibat pengeboman itu ayah tiga anak itu mengalami 42% luka bakar di tubuh meliputi kedua tangan, punggung (dari pundak sampai pinggang), kedua lutut dan paha.

"Setelah ledakan saya tidak pingsan tetap sadar dan coba berjalan di tengah gelap dan kepulan asap yg membuat pandangan terganggu. Hingga saya dirawat RS Pertamina hingga empat bulan, bahkan saya melakukan pernikahan (dengan Delirathnasari) pun di rs tersebut," kata Febby kepada Tribun, Kamis (6/9/2012).

"Rencananya saya akan melakukan pernikahan tanggal 16 Agustus. Pada pagi hari sebelum ledakan saya sempat membagikan undangan di kantor sehingga segalanya yang sudah di persiapkan gagal begitu saja," tambahnya.

kejadian itu otomatis membuatnya merasa kesal terhadap para pelaku. Bahkan, ia sempat memendam dendam. Tetapi ia berpikir bahwa jika dirinya mengikuti dendam tidak akan ada habisnya.

"toh tidak akan mengembalikan kulit saya yangg telah terbakar malah akan menimbulkan kebencian dan dendam hingga anak cucu saya nanti," tambah Febby.

Saat itulah ia memutuskan untuk memaafkan pelaku walaupun di hatinya yang terkecil sudah melaksanakannya. Ia juga bertemu dengan pelaku Mariot, Tohir dan Ismail saat melakukan Rekonstruksi.

Pada Juni 2011, ia diundang google menghadiri SAVE (summit agains violence extrimism ) di Dublin, Irlandia. Di sana ia dipertmukan dengan korban-korban kekerasan dan mantan pelaku dari berbagai macam tindak kriminal, semisal neo nazi, teroris somalia dan lain sebagainya.

Saat itu ia tahu bahwa Noor Huda Ismail membawa para mantan narapidana teroris di Indonesia. Ia pun mencoba mencari namun tidak ketemu. Lucunya secara tidak sengaja ketika dirinya sedang berjalan menuju kamar. Lalu ia dengar dan melihat dua orang sedang berbicara dengan bahasa jawa.

"Ternyata mereka sedang mencari kamar dan spontan saya langsung bertanya dari indonesia ya ? Saat itulah pertama kali saya bertemu mas yusuf dan mas sofwan ex NII kalau tidak salah yang sedang kebingungan mencari kamar," lanjut Febby.

Waktu itu bukannya dendam yang ia rasakan. Namun sebaliknya, ia senang bisa berkenalan dengan mereka yaitu yusuf, sofwan dan ali fauzi. Memang saat bertemu mereka ia sempat merasa kesal, namun pikiran itu ia buang jauh-jauh.

"Dan benar malah mas yusuf dan mas ali fauzi memeluk saya seakan akan tdk pernah ada kejadian yang saya alami. ‎Bahkan kita sempat melakukan sholat maghrib yg di imami oleh ismail," ucap Febby.

Dari situlah ceritaicerita mengenai yusuf yang telah menjadi pengusaha steak atas bimbingan mas noor huda ia dengar. Dan itu menjadi cita-citanya kini yaitu mengunjungi restoran yusuf. Lalu ia ingin bertemu dengan ali fauzi yang akan ke rumahnya untuk meminta maaf ke keluarganya.

‎"Suatu tindakan yg menurut saya sangat berjiwa besar. Mereka juga korban dan yang saya tahu keluarga-keluarga mereka banyak juga yang tersisihkan yang tidak diterima dalam bersosialisasi dan ini tidak adil bagi mereka yg telah insyaf," tuturnya.

Kini, selain yusuf dan ali fauzi ia juga ingin bertemu langsung dengan para pelaku semisal ali imron, umar patek dan lain-lain hanya untuk sekadar bersilaturahmi sesama umat.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan