Rabu, 10 September 2025

Mantan Pelaku Teroris Saling Berpelukan Dengan Korbannya.

PERISTIWA bom Mariot yang terjadi 5 Agustus 2003 tidak akan pernah hilang dari benak Febby Firmansyah (35).

Editor: Budi Prasetyo
zoom-inlihat foto Mantan Pelaku Teroris Saling Berpelukan Dengan Korbannya.
IST
Terlihat Feby mengendong anaknya Juni 2011, saat diundang google menghadiri SAVE (summit agains violence extrimism ) di Dublin, Irlandia.

Pertemuan itu juga diakui Yusuf Adirama. Meskipun bukan pelaku atau terkait pengeboman bom Mariot I, sebagai orang yang berkecimpung di jaringan teroris ia turut merasa bersalah. Apalagi ia tidak pernah menyangka akan bertemu langsung dengan korban teroris.

"Saya kaget, kok lukanya separah itu waktu itu. Dan ternyata ia memaafkan saya yang juga mungkin seluruh pelaku pengeboman mariot," ujarnya

"Bahkan ia bilang kalau mau bisa mendidik anaknya membenci teroris, namun tidak dilakukannya. Cukup dirinya saja," kenangnya.

Pertemuan pertemuan korban yang berkesan baginya adalah bertemu dengan keluarga korban bom bali I yaitu Eka Laksmi yang suaminya tewas terkena bom dari jaringannya, Abu Tholut pada Selasa (4/9) lalu. Ia mengaku senang bisa bertemu bahkan menawarkan diri menjemput Eka Laksmi di bandara ketika tiba dari Bali. Namun, noor Huda yang menjemputnya.

"belum pernah ketemu, apapun saya terima. Disalahkan pun saya siap. Saya tidak bisa bilang dia korban Bali lalu saya tidak mau bertemu," ucapnya.

Akhirnya, setelah bertemu ia mengajak Eka Laksmi bersama dua anaknya keliling ke Masjid Demak, makam Sunan Kalijaga dan masjid Kudus. Di sana mereka belajar bersama bahwa islam masuk ke Indonesia dengan budaya. Bahkan soto Kuduas yang dagingnya dari Kerbau menunjukkan bahwa di Kudus umat islam menghormati umat Hindu.

"Saya tahu bagaimana efek kehilangan orang yang dicintai dan yang kami lakukan adalah memberi kesan silaturahmi dan melakukan sebaik mungkin," katanya.

"saya secara pribadi berpikir bagaimana bisa berbuat banyak untuk dia. Mbak Laksmi itu muslim yang taat," ucapnya.

Bertemu dengan korban teroris membuatnya memikirkan ulang sisi operasi jihad. Ia tidak bisa terima dengan operasi yang mengorbankan orang muslim karena kenyataannya banyak korban muslim.

Agak lain hal jika jihad sekalian dilakukan dengan tentara. Misalnya targetnya tentara amerika atau kapal induk saja. Berhadapan langsung dengan militer itulah yang diajarkan di Moro, Filipina.

"Ada satu cita-cita yang ingin saya lakukan tapi belum bisa sampai sekarang yaitu berkunjung ke lingkungan saya dulu digrebek. Mereka trauma, dan saya belum sempat ke sana hingga sekarang. Suatu saat saya akan ke sana dengan roti saya dan meminta maaf," ucap Yusuf.

Noor Huda Ismail mengatakan proses mempertemukan Eka Laksmi dengan Yusuf bukan proses yang tiba-tiba. Ia kenal eka ketika jadi wartawan meliput Bom bali pertama. Setelah itu hubungan terjalin dengan baik.

"Saya kan lulusan Ngruki jadi dia juga trauma dengan semua lulusan Ngruki karena mukhlas (pelaku) jg Ngruki. Nah minggu lalu mbak eka menyatakan ingin ke semarang utk liburan dan belajar bisnis resto. Maka terjadilah pertemuan itu dg Yusuf. Itu terjadi setelah 10 tahun " ucapnya.

"Kenapa saya mempertemukan? Karena itu penting mempertemukan korban dan pelaku utk memangkas lingkaran dendam," ucapnya.

Ia berharap di masa mendatang ia ingin antara korban dan mantan pelaku bisa duduk bersama dan mengajak pemberantasan terorisme bersama. (Bbb

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan