Pembangunan Terhenti Siswa Hanya Belajar 2 Jam Sehari
Pembangunan 4 ruang kelas SDN 009 yang telah dimulai sejak 27 Juni lalu seharusnya sudah rampung

Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Doan Pardede
TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Pembangunan 4 ruang kelas SDN 009 yang telah dimulai sejak 27 Juni lalu seharusnya sudah rampung dan siswa bisa belajar seperti biasa. Namun saat ini, 500an siswa harus rela belajar 2 jam perhari diakibatkan kurangnya jumlah kelas. Saat ini hanya terdapat 5 ruangan yang bisa digunakan termasuk ruang guru.
Sebelumnya, SDN 009 sudah memberlakukan 2 shift belajar disekolah ini dikarenakan jumlah kelas yang tidak mencukupi. Total gedung SDN 009 ada 9 buah, dan jumlah kelas yang dibangun sendiri ada 4 buah.
"Sekarang ada siswa yang hanya belajar 2 jam sehari. Seperti kelas I, masuk jam 07.15 - 09.15. Dilanjutkan dengan kelas II seterusnya sampai kelas V. Kelas VI beda. Ini sudah beberapa bulan terjadi," kata sumber Tribun di lokasi sekolah, Selasa (11/9/2012).
Pantauan Tribun di lokasi, pembangunan 4 ruang kelas di SDN 009 yang berdampingan dengan SDN 023 sudah hampir rampung. Tinggal hanya meninggikan tembok dan memplester dinding. Bahan bahan bangunan, batu bata, semen, dan pasir juga terlihat lengkap dan kini teronggok di dalam dan sebagian berada diluar ruangan. Aagar tidak rusak, bahan bangunan yang berada diluar ditutup plastik terpal. "SDN 023 sama juga, cuma jumlah siswa mereka cuma 200. Jadi tidak tergangu," katanya.
Pernah menurutnya, akibat banyaknya keluhan dari siswa dan orangtua terutama kelas V, yang minta agar jam belajar dilakukan seperti biasa namun dengan menggelar tikar dan berat tenda dilapangan. Namun usulan itu masih dipertimbangkan.
"Kita tidak mau tahu sebenranya masalah pembangunan gedung itu apa. Kasihan anak - anak kita terkatung-katung tidak teratur belajar. Banyak siswa yang mengaku tidak masuk ke pikiran lagi kalau belajar. Kita sudah pernah usulkan agar belajar diluar. Tapi belum ditanggapi," katanya.
Kepala SDN 009 Samarinda, Thamrin mengatakan bahwa seharusnya gedung sekolah sesuai direncanakan sudah bisa digunakan sejak 17 Agustus lalu. Namun, karena dalam proses pembangunannya ada penolakan dari pihak ahli waris lahan, maka pembangunan gedung dihentikan dan diberlakukan siswa belajar bergilir. Kelas VI yang terbagi menjadi 2 kelas tidak ada masalah dan masuk seperti biasa pagi dan sore. Selebihnya, dimulai dari kelas I hingga kelas V menggunakan kelas masing - masing 2 jam.
"Jelas ini mengganggu siswa belajar. Materi tidak kesampaian karena minimnya waktu. Kasihan anak - anak. Kalau kelas I dan II mungkin tidak ada masalah karena masih berpikiran untuk bermain. Yang kasihan itu kelas III - V," katanya.
Ia mengaku sudah mengadukan masalah ini sampai ke Walikota Samarinda, Syaharie Jaang. Namun, janji Pemerintah Kota menurunkan aparat Satpol PP untuk mengawal pembangunan belum terealisasi hingga saat ini.
"Sudah sampai kepada Walikota. Janjinya, akan menurunkan Satpol PP mengawal pembangunan. Tapi hingga saat ini belum ada datang. Kuta berharap pemkot segera menyelesaikan masalah ini," katanya.