Rabu, 10 September 2025

Keluarga Berencana

Memilih Alat Kontrasepsi dengan Sistem Cafetaria

Memilih alat kontrasepsi dengan sistem cafetaria, kenapa tidak?

Penulis: Agustina Rasyida
zoom-inlihat foto Memilih Alat Kontrasepsi dengan Sistem Cafetaria
Istimewa
Kontrasepsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA
Program KB Mandiri Lingkaran Biru (LIBI) yang populer di tahun 1980-an telah menginjak tahun ke-25 dalam menyukseskan program nasionalnya.

Dalam rangka memperingati KB Mandiri LIBI dan Hari Kontrasepsi Dunia 2012, BKKBN, APCOC Indonesia, IDI, IBI, serta Bayer Healthcare mengajak masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan menciptakan kesadaran berkontrasepsi dan keluarga berencana.

"Sampai saat ini, kesadaran akan pentingnya kontrasepsi masih perlu ditingkatkan," ujar Prof. DR. dr. Biran Affandi, SpOG (K), FAMM selaku Ketua Asia Pacific Council On Contraception (APCOC) Indonesia, Rabu (26/9/2012), di Jakarta.

Dengan ber-KB, lanjut Biran, sebuah negara dapat mengendalikan laju pertambahan penduduk yang berpengaruh terhadap masalah mengurangi angka kematian ibu-anak, meningkatkan kesehatan keluarga, mengurangi tanggungan negara, meningkatkan kesejahteraan, sampai mencapai pendidikan lebih tinggi.

"Maka itu sebaiknya kontrasepsi atau KB dengan sistem cafetaria. Pasien maunya apa? Ya kami kasih, mereka dapat berkonsultasi maunya kontrasepsi apa," tambah Biran.

Menurut Biran, pasien yang akan melakukan KB hendaknya konsultasi dengan dokter atau bidan terlatih. Jenis KB akan menyesuaikan kondisi pasien.

Biran memberikan contoh, jika kita sebagai perempuan memiliki kecenderungan menstruasi banyak, tidak disarankan menggunakan IUD, karena akan membuat menstruasi semakin banyak. Sebaiknya menggunakan KB suntik, pil, atau implan, efek samping masalah pendarahan kalau hormon. Pil KB membuat pendarahan seperti biasa, suntik dan implan dapat mengakibatkan menstruasi kurang teratur. Namun dari segi kesehatan tidak bermasalah. Jika kita memiliki tekanan darah tinggi atau varises sebaiknya hindari KB suntik atau pil.

"Di Amerika dan Eropa sudah memerkenalkan pil KB untuk empat bulan, dan perempuan akan mens sekali dalam tiga bulan, masyarakat sana maunya gitu," paparnya.

Hal itu berbanding terbalik dengan perempuan di Indonesia yang sebagian masih beranggapan, jika menstruasi tidak keluar dianggap darah kotor menumpuk di dalam tubuh, padahal tidak demikian.

"Melalui Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) medis, dokter atau bidan dapat menjelaskan tentang macam-macam dan efek samping kontrasepsi. Ini penting, karena efek samping tiap orang berbeda-beda," tandas Biran. (Agustina NR)

Baca artikel menarik lainnya

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan