Stres dan Kurang Tidur Picu Obesitas, Ahli Tekankan Nutrisi Seimbang dan Olahraga sebagai Solusi
Kurang tidur meningkatkan hormon yang memicu keinginan makan berlebih. Efeknya bisa kelebihan berat badan, bahkan obesitas
Penulis:
Willem Jonata
Editor:
Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tidur nyenyak selama tujuh hingga delapan jam sehari sangat penting untuk kesehatan yang baik.
Namun, kemacetan, polusi udara, biaya hidup tinggi, hingga budaya serba cepat dan konsumtif, membuat sebagian warga di kota besar seperti Jakarta dan kota penyangga di sekitarnya, mengalami tekanan mental yang memicu kelelahan karena stres.
Kondisi demikian tak dipungkiri berpotensi mempengaruhi kualitas tidur. Maksudnya, sulit untuk tidur nyenyak dengan durasi yang ideal.
Sejumlah penelitian menunjukkan kurang tidur meningkatkan hormon yang memicu keinginan makan berlebih. Efeknya bisa kelebihan berat badan, bahkan obesitas.
Stres kronis juga berdampak buruk pada kesejahteraan mental dan fisik, sehingga lebih sulit menjaga berat badan yang sehat.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes), seperti dikutip Kompas.com, mencatat bahwa banyak perempuan Indonesia mengalami obesitas sentral.
Baca juga: Bayi yang Kurang Tidur Bisa Alami Stres Seperti Orang Dewasa
Obesitas sentral adalah kondisi lingkar pinggang lebih dari 90 cm pada laki-laki dan lebih dari 80 cm pada perempuan.
Sering kali, obesitas sentral menjadi faktor risiko dari berbagai penyakit kronis, seperti penyakit jantung dan stroke.
Dikatakan Dr. Rocio Medina Badiano, spesialis nutrisi klinis dan obesitas, sekaligus Cochairperson and Member, Herbalife Nutrition Advisory Board, stres bisa mempengaruhi hormon lapar dan mengurangi motivasi untuk tetap aktif.
"Memahami hubungan ini sangat penting jika kita ingin menciptakan strategi efektif untuk mendorong kesejahteraan dan meningkatkan kualitas hidup," ucap dia.
Sebagai solusi, Dr. Rocio Medina menuturkan semakin banyak penelitian yang mendukung pendekatan holistik terhadap kesejahteraan, yang mengintegrasikan nutrisi seimbang, aktivitas fisik yang rutin, tidur yang berkualitas, dan dukungan sosial yang kuat.
"Pilar-pilar ini tidak hanya saling bergantung, tetapi juga menjadi dasar untuk memberdayakan perempuan agar hidup lebih sehat dan lebih penuh makna," lanjut dia.
Nutrisi optimal tetap menjadi inti dari kesehatan preventif. Memprioritaskan makanan padat nutrisi dan utuh seperti halnya makanan alami, dibandingkan pilihan makanan olahan ultra adalah langkah awal yang kuat.
"Protein, baik dari daging tanpa lemak, kacang-kacangan, atau sumber nabati seperti tahu dan kacang-kacangan, mendukung energi, pemeliharaan otot, dan rasa kenyang," terangnya.
Hidrasi juga sama pentingnya. Pedoman umum adalah mengonsumsi setidaknya delapan gelas air per hari, ditambah buah dan sayuran yang kaya air seperti mentimun, jeruk, dan melon.
65 Link Twibbon Hari Olahraga Nasional 2025 atau Haornas ke-42, Simak Cara Mudah Unggah ke Sosmed |
![]() |
---|
50 Ucapan Hari Olahraga Nasional 2025, Cocok Jadi Caption Unggahan |
![]() |
---|
Tujuh Keajaiban Ini Akan Terjadi Pada Tubuhnya Jika Berhenti Minum Soda |
![]() |
---|
Sehat Tak Harus Rumit, BodyVestment Kampanyekan Langkah Kecil yang Konsisten |
![]() |
---|
17 Ide Sarapan Sehat untuk Pelari, Cocok Sebelum Lari 5K, 10K, hingga Marathon |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.