Rabu, 3 September 2025

Database Oposisi Paten Lawan Mahalnya Harga Obat-obatan

MSF (Médecins Sans Frontières/Dokter Lintas Batas) , Rabu (3/10/2012), meluncurkan sebuah database online

Editor: Widiyabuana Slay
zoom-inlihat foto Database Oposisi Paten Lawan Mahalnya Harga Obat-obatan
IST
ILUSTRASI

TRIBUNNEWS.COM - MSF (Médecins Sans Frontières/Dokter Lintas Batas) , Rabu (3/10/2012), meluncurkan sebuah database online, “Database Oposisi Paten”, bagi organisasi masyarakat sipil dan kelompok pemerhati hak pasien di negara-negara berkembang guna menentang upaya patenisasi asal-asalan oleh perusahaan obat-obatan. Demikian rilis yang dikirim ke redaksi Tribunnews.com.

 Database Oposisi Paten ini diluncurkan guna membantu negara-negara berkembang yang kini berjuang menghadapi semakin tingginya harga obat-obatan akibat paten yang memblokir produksi obat-obatan generik. 

“Perusahaan obat-obatan secara rutin mendaftarkan obat-obatan mereka untuk dipatenkan, dan secara berkala mendapatkan hak monopoli walaupun obat-obatan mereka sebenarnya tidak pantas menerima (hak) paten dan monopoli,” tutur Michelle Childs, Direktur Advokasi Kebijakan untuk Access Campaign MSF.

 “Sudah menjadi mitos bahwa setiap permohonan paten bagi obat-obatan yang didaftarkan benar-benar manjur. Namun jika dikaji lebih teliti, setiap upaya permohonan dan pendaftaran paten berkemungkinan gagal lolos tes legal yang harus dilaluinya. Ide dibalik peluncuran Database Oposisi Paten ini adalah untuk membantu berbagai organisasi masyarakat sipil dan kelompok pemerhati hak pasien agar dapat terlibat aktif dalam mengawasi dan menghentikan upaya patenisasi asal-asalan yang mengakibatkan terblokirnya akses masyrakat terhadap obat-obatan murah.” 

Database Oposisi Paten — sebuah tantangan hukum guna mencegah atau menggagalkan pemberian paten asal-asalan bagi obat-obatan  — diatur dalam Undang-Undang Perdagangan Internasional sebagai upaya mengontrol dan mengimbangi upaya patenisasi perusahaan farmasi. Di negara-negara seperti Thailand, Brazil atau India, oposisi paten telah terbukti berhasil mencegah upaya monopoli paten asal-asalan sehingga mendukung berkembangnya produksi obat-obatan generik yang membawa kompetisi harga sehingga harga obat-obatan menjadi murah. 

"Akibat tingginya jumlah lamaran paten, pihak penguji obat-obatan sering melewatkan informasi penting sehingga dengan gampang memberikan persetujuan paten," Vikas Ahuja, Presiden Jejaring (HIV) Positif Delhi menambahkan. "Dengan hanya menggabungkan dua atau tiga pil yang berbeda menjadi satu, atau beberapa praktek industri farmasi lainnya bukanlah hal yang pantas dianggap cukup inovatif untuk diberikan paten monopoli selama 20 tahun. Melalui upaya Oposisi Paten, kita bisa mengangkat informasi penting seperti ini dan mengurangi jumlah kasus pemberian paten asal-asalan." 

MSF juga mengandalkan obat-obatan terjangkau untuk kegiatan pelayanan medis dan kesehatannya di lebih dari 60 negara; dan menggunakan lebih dari 80 persen obat-obatan generik untuk penanganan HIV di negara-negara berkembang. Database Oposisi Paten ini dapat diakses melalui patentoppositions.org 

“Keberhasilan gerakan oposisi paten oleh kelompok-kelompok masyarakat sipil di India telah memampukan kita menjangkau obat-obatan generik penting penanganan HIV seperti lopinavir/ritonavir”, jelas Dr Esther C Casas, pakar HIV-TBC MSF. 

Contoh-contoh keberhasilan gerakan oposisi paten telah dibuktikan oleh organisasi masyarakat sipil India yang menantang patenisasi GlaxoSmithKline di India untuk obat kombinasi dosis tetap zidovudine/lamivudine, dengan alasan bahwa obat ini bukan merupakan sebuah hasil 'inovasi terbaru', namun kombinasi dua obat lama semata. Obat kombinasi ini kini tersedia secara luas di pasaran dan lazim digunakan sebagai obat penanganan HIV di negara-negara berkembang. Upaya oposisi paten juga dilakukan oleh Asosiasi Bantuan Pasien Kanker yang menolak proses patenisasi sebuah  obat lama Novartis, imatinib, dengan landasan bahwa obat “baru” Novartis hanya merupakan bentuk serupa dari obat lama. Langkah ini masih menunggu keputusan akhir dari Mahkamah Agung India, namun telah membuka ruang kompetisi obat generik untuk penanganan myeloid leukaemia akut serta telah berhasil menurunkan harganya sekitar 92 perssen lebih  murah, dari sekitar Rp. 21 juta per orang per bulan menjadi hanya Rp.1,6 juta per bulan. 

“Patenisasi asal-asalan ini tidak hanya menghambat penurunan harga obat-obatan dan kompetisi generik, namun juga menghalangi upaya inovasi medis yang sebenarnya,” tutur Michelle Childs. “Dengan hanya sedikit obat baru yang benar-benar inovatif, perusahaan-perusahaan farmasi sangat getol mencegah persaingan generik dengan mencoba mendapatkan lebih banyak paten dari upaya penggabungan molekul tua atau menggunakan proses-proses yang sama sekali tidak baru.” 

Database Oposisi Paten ini diharapkan bisa memandu berbagai organisasi masyarakat sipil melalui berbagai proses pengawasan serta mencegah patenisasi terhadap obat-obatan tanpa justifikasi. Database Oposisi Paten ini juga akan memungkinkan berbagai organisasi untuk membentuk aliansi serta berbagi pengetahuan dan informasi teknis, karena sering kali proses patenisasi yang sama ditantang di berbagai negara yang berbeda. Database ini berisi lebih dari 45 isu oposisi paten terhadap berbagai obat-obatan kunci, serta merangkum lebih dari 200 dokumen pendukung yang dapat membantu membangun kajian dan upaya oposisi paten di masa depan. Sumber daya online ini akan berkembang seiring dengan makin bertambahnya data. 

Peluncuran database ini menandai peringatan 10 tahun keberhasilan upaya oposisi paten yang dilakukan di Thailand oleh sekelompok aktivitis pemerhati pasien - Thailand’s AIDS Access Foundation – dimana mereka sukses membatalkan pemberian hak paten oleh pengadilan Thailand bagi obat HIV, didanosine

“Saat itu, kami tidak memiliki banyak pilihan. Kami hanya mencoba menentang pemberian paten karena paten akan membuat kami dan masyarakat negara-negara berkembang menjadi tidak mampu menjangkau obat-obatan anti-retroviral yang saat itu masih jarang dan sangat mahal. Nyawa kami benar-benar dipertaruhkan saat itu”, jelas Nimit Tien U-dom, Direktur AIDS Access Foundation,  saat melakukan aksi protes di Bangkok untuk memperingati 10 tahun keberhasilan pembatalan paten didanosine.

INTERNASIONAL POPULER

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan