Jumat, 15 Agustus 2025

Kesehatan

Mengapa Jarang yang Mau Jadi Dokter Jiwa? Ini Sebabnya

Banyak yang bercita-cita jadi dokter, tapi dokter umum, dokter gigi dan bukan jadi dokter jiwa. Mengapa? Ini alasannya.

zoom-inlihat foto Mengapa Jarang yang Mau Jadi Dokter Jiwa? Ini Sebabnya
TRIBUN JOGJA/ JUNIANTO SETIADI
Seorang pasien penyakit jiwa dicukur gundul setelah gagal kabur dari sebuah Rumah Sakit Jiwa di Jawa Tengah.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA
Indonesia kini benar-benar kekurangan dokter spesialis kejiwaan. Bayangkan saja, saat ini hanya terdapat 600 orang dokter spesialis penyakit kejiwaan.

Jumlah ini tidak sesuai dengan rasio 248 juta penduduk Indonesia. "Di luar negeri rata-rata sudah 1 dokter jiwa untuk 100 ribu penduduk, " tutur Diah Setia Utami, Sp.KJ, MARS sebagai Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan di Jakarta, Jumat (5/10/2012).

Keengganan dokter umum mengambil spesialisasi kejiwaan, tutur Diah, karena stigma yang ada seolah-olah dokter yang menangani orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) sikapnya seperti orang yang ditanganinya. "Belum lagi perlakukan atau gengsi. ini berbeda dengan dengan dokter lainnya sehingga kurang menarik perhatian,' tuturnya.

Psikiater kondisinya juga tidak jauh berbeda. Saat ini di Indonesia hanya  sekitar 600-an yang praktek.  "Seorang yang berprofesi sebagai psikiater tergolong profesi yang  mati gaya," tuturnya.

Disinggung mengenai sarana dan prasarana, sebenarnya tidak ada masalah. "Sarana prasarana tidak perlu harus teknologi tinggi. Bisa dilakukan di Puskesmas, Balai Kesehatan hingga RS biasa pun bisa, tinggal mau enggak," tuturnya. (Eko Sutriyanto)

Baca artikel menarik lainnya

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan