Selasa, 7 Oktober 2025

Heni Hermawan, Dulu Sopir Kini Juragan Catering Beromzet Ratusan Juta

Dulu kerja sebagai sopir bergaji Rp 200 ribu, kini Heni Hermawan juragan catering beromzet ratusan juta rupiah!

Heni Hermawan, Dulu Sopir Kini Juragan Catering Beromzet Ratusan Juta - heni1.jpg
Tribunnews.com/ Agung Budi Santoso
Heni Hermawan di dapur catering Al Mukarommah
Heni Hermawan, Dulu Sopir Kini Juragan Catering Beromzet Ratusan Juta - heni_31.jpg
Tribunnews.com/ Agung Budi Santoso
Para karyawan catering Al Mukarommah sedang sibuk mengemas pesanan pelanggan.
Heni Hermawan, Dulu Sopir Kini Juragan Catering Beromzet Ratusan Juta - heni_21.jpg
Tribunnews.com/ Agung Budi Santoso
Heni Hermawan dan Lilik Afifah.

Laporan: Agung Budi Santoso

TRIBUNNEWS.COM, CILEGON
Tak berlebihan kalau banyak orang bilang bahwa sebuah bisnis berpeluang sukses bila diawali dari hobi.

Pameo ini pas untuk menggambarkan sukses Heni Hermawan dan sang istri, Lilik Afifah, dalam menggeluti usaha catering. Bukan sembarang catering, usaha Heni kini sudah mencetak omzet senilai ratusan juta rupiah perbulan.

"Omzet tertinggi yang pernah kami cetak mencapai Rp 700 juta, tahun lalu. Kini turun dikit, sekitar Rp 400-500 juta (perbulan). Ini omzet ya, bukan untung," tutur Heni Hermawan saat disambangi Tribunnews di kediaman sekaligus tempat usahanya di kawasan Jl Purbaya No 295 Kavling Blok J Cilegon, Banten.

Lantas untungnya berapa? "Ya perkirakan sendiri," jawab ayah dari tiga anak, M. Anandhito, Jihan dan Laura ini. Sukses yang dicetak pria asal Ponorogo, Jawa Timur, ini tentu tidak instan.

Ia sudah kenyang jatuh bangun merintis usaha. Paling pahit adalah pengalaman di tahun pertama menikah, 1996 silam. Ia sempat menganggur sampai akhirnya bekerja serabutan. Antara lain dengan menjadi sopir pribadi seorang kerabat.

"Gajinya waktu itu Rp 200 ribu. Padahal ngontrak rumah aja Rp 80 ribu. Ya sudah, kami bertahan hidup dengan makan tahu tempe aja," kenang Ny Lilik Afifah, istri tercinta Heni Hermawan.

Ingin mengubah nasib, Heni kemudian merintis usaha jual beli sepeda motor. Kebetulan saat itu sedang booming sepeda motor produk China yang murah meriah.

Hanya sukses sesaat, usaha ini akhirnya gulung tikar. Merugi. Heni pun pusing, memutar otak. Alumnus Unitomo Surabaya ini bertambah sedih ketika putri pertamanya yang berusia tujuh bulan jatuh sakit sampai akhirnya meninggal dunia, di saat dirinya di tengah kesulitan ekonomi.

Tapi 'The life must go on.' Heni berusaha bangkit dari keterpurukan.

Hobi Kuliner Membawa Sukses

Ketika bingung mempertahankan hidup, Heni kemudian terinspirasi dengan hobi istri memasak makanan enak-enak. "Kenapa masakanmu nggak dibisniskan aja, ya Ma?" gumam Heni, saat itu.

Pasangan ini kemudian membuka usaha warung nasi kecil-kecilan. Karena masakannya enak, jumlah pelanggan bertumbuh cepat. Tak hanya makan di tempat, banyak yang minta dibungkuskan untuk dibawa ke kantor atau rumah.

Dari mulut ke mulut, lezatnya masakan istri Heni pun cepat jadi buah bibir. Kondisi kota Cilegon yang dikepung pabrik dan sentra-sentra industri sangat mendukung usaha Heni.

Satu-persatu perusahaan yang bermarkas di sekitar kediamannya berebut meminta langganan catering untuk memenuhi kebutuhan sarapan, makan siang hingga makan malam ratusan karyawan mereka.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved