Ekspor Kalbar Turun 30 Persen
Kadin Kalbar mengharapkan ada gagasan baru dari pemerintah daerah untuk meningkatkan nilai ekspo
* Kadin : Gagasan Baru, Catat CPO
TRIBUNNEWS.COM , PONTIANAK - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kalbar mengharapkan ada gagasan baru dari pemerintah daerah untuk meningkatkan nilai ekspor Kalbar 2013. Atau setidaknya dapat menyeimbangi nilai impor Kalbar yang cenderung meningkat.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) Kalbar merilis nilai ekspor Kalbar pada Desember 2012 mencapai US$ 109,51 juta, mengalami penurunan 9,37 persen dibandingkan November 2012 sebesar US$ 120,84 juta.
Sementara pada periode Januari-Desember 2012 mengalami penurunan dari US$ 1.867, 80 juta menjadi US$ 1.303,86 juta atau turun sebesar 30,19 persen dibandingkan periode sama tahun 2011.
Sebaliknya nilai impor Desember
2012 mencapai US$ 58,32 juta mengalami peningkatan 9,10 persen dibandingkan nilai impor November sebesar US$ 53,46 juta. Sedangkan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, Januari-Desember 2012, nilai impor meningkat 80,56 persen.
Ketua Umum Kadin Kalbar, Santyoso Tio mengatakan, nilai impor Kalbar meningkat disebabkan banyaknya barang modal yang masuk seperti mesin-mesin yang digunakan oleh perusahaan atau pabrik yang beroperasi di Kalbar.
"Impor barang modal yang sangat meningkat khususnya dari sektor permesinan dan peralatan serta sebagian itu bahan bakar minyak non subsidi. Hal ini berarti ada investasi di Kalbar," ujarnya kepada Tribun di ruang kerjanya.
Sementara nilai ekpor yang turun, menurut Santyoso dipengaruhi harga karet di pasaran dunia dan adanya Peraturan Menteri ESDM Nomor 7 terkait pelarangan ekspor hasil tambang dalam bentuk mentah. Dengan demikian, hasil tambang Kalbar sempat 6 bulan tidak ada kegiatan ekspornya sehingga kehilangan nilainya.
"Kendala lainnya adalah banyak CPO Kalbar diekspor ke luar tapi belum tercatat sebagai nilai ekspor Kalbar. Sementara mesin-mesin yang diimpor sebagai barang modal untuk menunjang kegiatan sawit tercatat sebagai impor. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan neraca perdagangan," tuturnya.
Kadin lanjut Santyoso, sudah melakukan pembicaraan dengan Pemda agar ada gagasan bangun pelabuhan yang juga digunakan sebagai terminal CPO. Untuk bangun pelabuhan, Kadin Kalbar akan mefasilitasi, dan sudah ada investor yang lirik dan bersedia investasi.
Dengan adanya terminal CPO di pelabuhan, kita akan berupaya minyak CPO bisa ekspor langsung dari Kalbar ke negara pemakai sehingga akan meningkatkan nilai ekspor maupun pendapatan asli daerah (PAD) Kalbar.
Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Kalbar, Arief Kamatresna menilai perkembangan antara nilai ekspor dan impor yang tidak seimbang menunjukan neraca perdagangan Kalbar kurang baik untuk perekonomian, khususnya melindungi produk lokal.
"Secara neraca pasti tidak bagus karena defisit anggaran pastinya. Banyak produk impor mengakibatkan produk lokal akan banyak tidak berkembang dan bisa kalah dalam persaingan jika tidak ada kemauan pemerintah untuk memproteksi produk lokal," katanya.
Arief berharap pemerintah mampu mendorong pihak eksportir untuk lebih kreatif meningkatkan mutu dan kualitas produk ekspor. Disamping berani membatasi ataupun melarang impor produk yang sudah ada di dalam negeri yang dihasilkan oleh investor lokal.
Terpisah, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Pontianak,
Andreas Acui Simanjaya mengatakan, ketidakseimbangan antara ekspor dan impor di Kalbar menandakan tingkat konsumsi dan ketergantungan Kalbar yang tinggi pada pihak luar untuk memenuhi kebutuhannya.