Selasa, 7 Oktober 2025

UI Latih Warga Baduy Olah Jamu dan Bumbu Dapur untuk Kesehatan dan Ekonomi Lokal

Masyarakat Suku Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten berkesempatan belajar mengolah jamu tradisional.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Wahyu Aji
HandOut/IST
BELAJAR HERBAL - Masyarakat Suku Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten berkesempatan belajar mengolah jamu tradisional dan bumbu dapur berbasis herbal dari Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI). Kegiatan bertema “Pelatihan dan Pendampingan Pembuatan Bumbu Dapur dan Jamu Kesehatan” ini berlangsung pada 27–28 September 2025 dan menjadi bagian dari implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dalam bidang pengabdian kepada masyarakat. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Masyarakat Suku Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten berkesempatan belajar mengolah jamu tradisional dan bumbu dapur berbasis herbal dari Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI).

Kegiatan bertema “Pelatihan dan Pendampingan Pembuatan Bumbu Dapur dan Jamu Kesehatan” ini berlangsung pada 27–28 September 2025 dan menjadi bagian dari implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dalam bidang pengabdian kepada masyarakat.

Program ini juga menggambarkan komitmen UI dalam mendorong kemandirian ekonomi masyarakat pedesaan melalui pemanfaatan potensi alam dan pengetahuan lokal.

Tim FFUI dipimpin oleh Prof. Dr. apt. Berna Elya, M.Si., dengan dukungan dosen, mahasiswa, dan alumni lintas jenjang—mulai dari S1, S2, hingga S3.

Program ini juga melibatkan Yayasan Semangat Membangun Ukhuwah Islamiyah (YASMUI) sebagai mitra pelaksana di lapangan.

Perjalanan menuju Desa Kanekes bukan hal mudah.

Tim pengabdian masyarakat harus menempuh rute dengan jalan utama yang rusak parah dan berkelok di kawasan pegunungan.

Meski demikian, semangat tim tak surut sedikit pun.

Mereka tiba di lokasi sekitar pukul 13.00 WIB dengan sambutan hangat dari masyarakat Baduy.

Kegiatan dibuka secara resmi oleh Prof. Retno Andarjati, Ph.D., yang menegaskan pentingnya sinergi antara ilmu pengetahuan modern dan kearifan lokal.

“Kami datang bukan hanya untuk berbagi ilmu, tapi juga belajar dari masyarakat Kanekes. Kesehatan dan kesejahteraan harus tumbuh dari akar budaya sendiri,” ujar Retno dalam keterangannya,Selasa (7/10/2025).

Warga Belajar Olah Jamu dari Dapur Sendiri

Pelatihan dimulai dengan pre-test untuk memetakan pemahaman awal warga terhadap tanaman herbal dan jamu.

Meski sederhana, metode ini berhasil menarik minat peserta.

“Awalnya takut salah jawab, tapi jadi semangat belajar tentang jamu. Ternyata bahan-bahannya mudah ditemukan di sekitar rumah,” ungkap Ibu Ncih, warga Kanekes.

Materi utama pelatihan mencakup cara pengeringan dan penggilingan bahan herbal menggunakan alat bersuhu 50°C agar menghasilkan serbuk jamu yang homogen dan higienis.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved