Jumat, 26 September 2025

PM Mahathir Ajak Indonesia Kompak dan Lawan Kebijakan Impor CPO oleh Uni Eropa

"Padahal, kita ingat di negara-negara Eropa juga dahulu dahulu dilitupi (tertutup) hutan tapi mereka sudah tebang hampir semua hutan mereka."

Editor: Choirul Arifin
Tribunnews.com/Seno Tri Sulistiyono
Presiden Joko Widodo menerima kunjungan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (29/6/2018). 

Laporan Reporter Kontan, Sinar Putri S Utami 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Perdana Menteri Malaysia Mahathir mengatakan, pentingnya kerja sama yang dijalani antara Indonesia dengan Malaysia. Pasalnya, akan banyak manfaat yang didapati kedua negara jika bekerjasama dilakukan dengan baik.

Kerjasama itu bisa dilakukan dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, dan juga hubungan antarbangsa.

Dalam hal tersebut Mahathir memberi contoh kebijakan negara-negara Uni Eropa yang akan memberlakukan larangan ekspor minyak kelapa sawit. 

"Kita perlu bersama-sama melawan. Pujah (argumen) mereka bahwa minyak sawit ini didapati daripada hutan-hutan yang telah ditebang oleh pengusaha dan dengan itu, dia memiliki kesan (efek) yang buruk kepada cuaca. Ini tidak benar sama sekali," jelas dia kepada wartawan, Jumat (29/6/2018).

Maka dari itu baik Malaysia maupun Indonesia perlu sama-sama untuk menghadapi masalah ini.

"Padahal, kita ingat di negara-negara Eropa juga dahulu dahulu dilitupi (tertutup) hutan  tapi mereka sudah tebang hampir semua hutan mereka. Tidak ada siapa yang membantah, dan kita juga tidak membantah," tegas dia.

Baca: Usai Ketemu Mahathir, Jokowi Bercerita ke Wartawan Pengalaman Test Drive Mobil Proton di Malaysia

Sehingga, menurut Mahathir, jika hanya alasan lingkungan untuk menolak ekspor minyak kelapa sawit ke Eropa itu tidak bisa dibenarkan. Bahkan ia mengira, ada alasan di balik itu.

"Mereka (Eropa) tahu bahwa minyak kelapa sawit ini bersaing dengan minyak-minyak daripada soy oil, rapeseed oil dan sebagainya. Mungkin lebih daripada tentangan mereka mungkin berasal daripada ekonomi dan keuangan mereka daripada masalah environment ( lingkungan)," tambahnya.

Baca: Tiga Ekor Buaya Muara Terpantau Mengapung di Kali Grogol, Ada yang Panjangnya 2,5 Meter

Dengan demikian, perdana menteri berumur 92 itu bilang, perlu adanya peningkatan kerja sama dengan Indonesia. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan untuk masalah kelapa sawit ini sebetulnya sejauh Ini kedua negara telah berjuang bersama.

"Soal CPO jelas. Indonesia dan malaysia kalau dilihat dari produksinya lebih dari 80%. Ini disampaikan kembali oleh Presiden supaya kita dengan Malaysia bergandeng tangan untuk melawan diskriminasi terhadap kelapa sawit kita," tambah Menlu.

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan