Jumat, 19 September 2025

Yakuza Jadi Satu Keluarga dalam Sakazukigoto

Memasuki keanggotaan Yakuza tidak mudah dan penuh resiko serta penuh dengan tata karma.

zoom-inlihat foto Yakuza Jadi Satu Keluarga dalam Sakazukigoto
Foto cmdaisuki/Richard Susilo
Shinobu Tsukasa, Kepala Yamaguchi-gumi Generasi ke-6, sedang dipersilakan minum pertama sake di atas cangkir tipis ceper kecil, oleh pendeta Shinto atau petugas riual dalam acara Sakazukigoto. Disaksikan Takayama, orang nomor dua Yamaguchi-gumi tersebut (membelakangi kamera).

Laporan Richard Susilo, Koresponden Tribunnews.com di Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Memasuki keanggotaan Yakuza tidak mudah dan penuh resiko serta penuh dengan tata karma. Apalagi semakin tinggi pangkat atau kedudukan di dalam organisasi Yakuza, semakin ribet urusan kekeluargaan.

Sama seperti masyarakat umum kalangan elit, atas, orang besar, misalnya setingkat menteri, penuh dengan segala macam tata cara, serta etika yang harus diikuti selalu.

Pada dasarnya anggota-anggota di dalam kelompok Yakuza banyak sekali yang tidak berasal dari satu keluarga. Merek abanyak dari anak nakal asal mulanya, dari keluarga broken-home, dari anak yang terbuang, atau dibuang saat lahir karena banyak alasan. Setelah besar bergabung menjadi anggota Yakuza karena "welcome" dan akan menjadi satu keluarga besar.

Satu ikatan kekeluargaan di dalam Yakuza biasa menggunakan upacara ritual mulai yang sederhana sekali sampai dengan yang penuh dengan tata krama etika tinggi, mengikuti pola ritual jaman kuno untuk tingkat pimpinan anggota Yakuza.

Upacara ritual minum sake Jepang itu, biasa disebut Sakazukigoto atau Sakazuki-shiki, upacara minum sake untuk membangun hubungan kekeluargaan, menjadikan satu sama lain menjadi keluarga besar, diterima dalam satu kelompok, diterima menjadi satu "tubuh" hidup bersama.

Awalnya, di Jepang, ada kebiasaan pertukaran cangkir dan untuk memperkuat kontrak. Sebagai contoh, untuk mengikat suatu pernikahan dapat disajikan pada dasarnya pertukaran cangkir perkawinan dalam upacara pernikahan sebagai contoh yang khas. Cangkir juga sering digunakan untuk memperkuat sebuah konvensi yang lain.

Sakazuki-goto yang dilakukan Yakuza telah dibuat dengan gaya upacara secara rahasia yang didasarkan pada tradisi dan kebiasaan masyarakat yang unik di dalam sebuah gangster. Upacara itu dilakukan dengan suasana khusuk dan prestise serta tata krama kuno.

Upacara ini juga dilakukan secara ritual khusus yang sangat terhormat bila dilihat dari kacamata orang biasa. Di dalam komunitas Yakuza, bukanlah formalitas ritual belaka, namun melambangkan sebuah kontrol dan kesatuan  jaringan mereka di dalam  Sakazuki-goto.

Hal ini dapat diasumsikan bahwa upacara tersebut memainkan peran penting untuk meningkatkan rasa memiliki terhadap kelompok.

Dalam beberapa tahun terakhir, tanpa cup pada peristiwa tersebut, juga telah dapat menjadi  hubungan kekeluargaan dengan metode sederhana seperti penyampaian secara lisan  saja, tampaknya juga akan meningkat. Ini umumnya pada level keanggotaan Yakuza bawah.

Sakazuki-goto yang dilakukan oleh geng penjudi, atau kelompok bawah, biasanya merupakan warisan orang tua. Ada cangkir anak, cangkir saudara, dan cangkir penentuan sendiri (teuchi). Di sisi lain, ada pula cangkir penguasa (shinnou), cangkir orang tua dan anak , cangkir  kakak ipar, cangkir kerabat, dan  cangkir  rekonsiliasi.

Pada saat kelompok Yakuza terbesar Yamaguchi-gumi melantik Kenichi Shinoda atau  Shinobu Tsukasa sebagai kepala Yamaguchi-gumi Generasi ke-6 (Rokudaime), dilakukan pula upacara ritual Sakazukigoto ini.

Awalnya beberapa cangkir sake putih kecil ceper (15 cangkir, lima cangkir tiga deret), diisikan sake kualitas terbaik oleh anggota Yamaguchi-gumi yang juga dihormati seperti peritual atau seperti tokoh keagamaan di dalam kelompok itu.

Semua cangkir ceper sake di atas di atas nampan, dan nampan ditaruh di atas bak khusus kayu yang kurannya sama dengan ukuran nampan tersebut. Setelah semua terisi dan seolah diberkati (dengan kipas tangan khusus), bak dengan nampan di atasnya diberikan kepada seorang pendeta Shinto. Upacara ini sebenarnya upacara dii dalam aliran kepercayaan Shinto.

Pendeta Shinto atau petugas ritual dengan pakaian putih-putih memberikan kepada orang nomor dua, diperlihatan sebagai tokoh tertinggi (sebelumnya). Setelah disaksikan tokoh tersebut, bak kayu diangkat kembali oleh sang pendeta, dibawa ke Kepala Yamaguchi-gumi yang baru, Tsukasa.

Kemudian Tsukasa mengambil satu cangkir dan meminumnya, meletakkan kembali di atas nampan yang ada di atas bak kayu tersebut. Kemudian bak kayu diangkat lagi oleh sang pendeta, dan dari sana diminum satu persatu ke level pimpinan yang lebih rendah lagi, dan seterusnya, minum bersama-sama dengan menggunakan cangkir yang sama, lambang kekeluargaan.

Setelah semua minum sake dari cangkir putih ceper putih tersebut, cangkir dibungkus kertas, dan dimasukkan ke dalam baju tradisional Jepang masing-masing, lalu dibawa pulang dan disimpan di tempat penting di rumahnya, misalnya brandkas, sebagai bukti dan tanda kekeluargaan telah dilakukan bersama.

Apabila cara yang sangat sederhana dilakukan, dengan irit, karena tak punya uang, level Chimpira, anggota Yakuza terbawah, biasanya kalau melakukan demikian hanya satu cangkir saja, yang digilir minum satu sama lain, ke semua anggotanya, sebagai tanda kekeluargaan yang sama satu sama lain. Biar bagaimana pun, hal ini harus dilakukan, meskipun sederhana sekali, disesuaikan dengan level dan kondisi keuangan yang ada.

Info lengkap yakuza di www.yakuza.in

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan