Tokoh Islam Ini Ingatkan Jepang Agar Jaga Jarak Dengan Amerika
Tokoh Islam Jepang ini mengingatkan negeri Sakura itu agar tak terlalu mesra dengan Amerika karena berisiko jadi target terorisme.
Editor:
Agung Budi Santoso
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Apabila terlalu dekat dengan Amerika Serikat, maka Jepang berisiko jadi incaran besar teroris.
Oleh karena itu Jepang haruslah menjaga jarak dengan Amerika dan jangan ikut-ikutan dengan negeri Paman Sam itu dalam setiap gerakan di dunia ini.
Warning ini dilontarkan oleh Shimoyama Shigeru (66), tokoh Islam Jepang.
"Sampai saat ini Jepang sudah cukup baik dalam menjaga UUD-nya terutama Pasal 9 yang melarang persenjataan dan militerisme. Apabila hal itu diubah, tidak dijaga baik, dan terlebih semakin dekat dengan Amerika, maka justru akan membahayakan Jepang dan rakyatnya sendiri," papar Shimoyama Shigeru (66), tokoh Islam Jepang, pengurus Masjid Tokyo Camii dan Turkish Culture Center kelahiran Perfektur Okayama, Jepang, khusus kepada Tribunnews.com sore ini (7/7/2015).
Ia memperingatkan, egoisme dan kesombongan Amerika selama ini, seperti juga ditunjukkan oleh Inggris, berisiko melahirkan munculnya ISIS (Negara Islam Irak dan Syria), "Tentu saja kekerasan sangat dilarang di dalam Islam dan itu tidak baik. Namun dengan egoisme dan kesombongan negara besar dari Barat itu justru yang memunculkan mereka untuk menentang egoisme dan kesombongan tersebut," lanjutnya.
Olehkarena itu, tekannya lagi, Jepang diharapkan janganlah dekat dengan Amerika, apalagi sampai ikut ke berbagai pertempuran internasional, walaupun dalam kerangka perserikatan bangsa bangsa sekalipun.
"Saat ini kan hanya tindakan sepihak Amerika dengan menjatuhkan bom ke tempat-tempat yang dianggap sarangnya ISIS, tetapi hasil akhirnya hanya kematian rakyat biasa saja dan tak ada pengaruh apa pun. Mereka justru akan semakn melawan dan menghantam balik Amerika atau Israel dengan segala cara sebagai bagian dari balas dendam. Wajarlah karena keluarga mereka semua yang tak tahu apa-apa di bom, dibunuh oleh Amerika dan sekutunya," jelasnya lagi.
Terorisme itu sendiri sebenarnya kuncinya satu yaitu kemiskinan, "Kalau manusia itu cukup makan minum dan tidur dengan baik, maka dia tak akan berbuat kekerasan atau kejahatan. Olehkarena itu tujuan utama sebenarnya memerangi kemiskinan dan bukan dengan membom sana sini dengan dalih terorisme."
Kalau sudah dicap teror maka dengan mudah negara maju seperti Amerika, Rusia termasuk China yang menekan kalangan Islam di Uyghur, satu propinsi di China yang mayoritas Muslim, mereka negara besar mengerahkan segala kekuatannya untuk menghancurkan orang yang dicap teroris tersebut, "Padahal kita orang Islam bukan teroris dan bagi kita kalangan muslim pun tak ada perang di antara kalangan Islam. Hanya Amerika saja yang tak mengerti muslim, mengadu domba antar kalangan muslim sehingga dunia kacau balau dan kalangan muslim dituduh yang bukan-bukan."
Olehkarena itu, tekannya lagi, pemerintah Jepang sudah waktunya menjaga jarak dengan Amerika, jangan sampai kalau terlalu dekat malahan membahayakan negeri sakura ini sendiri.