Rabu, 17 September 2025

Dokter Jepang Koichi Kyono Tertarik Kembangkan Bayi Tabung di Indonesia

Dokter bayi tabung Jepang ternyata sangat tertarik kepada Indonesia karena potensi untuk pengembangan bayi tabung jauh lebih besar dibandingkan Jepang

Editor: Dewi Agustina
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Koichi Kyono MD, PhD., Kepala Kyono Art Clinic Jepang. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Salah seorang dokter bayi tabung Jepang ternyata sangat tertarik kepada Indonesia karena potensi untuk pengembangan bayi tabung jauh lebih besar dibandingkan Jepang yang masih banyak larangan untuk pembuatan bayi tabung.

"Saya sudah empat kali ke Indonesia. Sekali dalam kapasitas pribadi bersama keluarga ke Bali, tiga kali dalam kaitan bekerja," ungkap Koichi Kyono MD, PhD. (64), Kepala Kyono Art Clinic Jepang, khusus kepada Tribunnews.com, Jumat (22/5/2015).

Menurutnya, potensi pembuatan bayi tabung di Indonesia sangat besar karena jumlah populasi yang sangat besar mencapai 240 juta jiwa atau dua kali lipat dibandingkan di Jepang.

Bayi tabung yang dimaksud adalah pembuatan bayi sepasang suami istri dengan mengambil sperma suami dan sel telur istrinya, disatukan di luar tubuh manusia pada peralatan khusus, menggunakan teknologi canggih Jepang. Setelah beberapa waktu, positif penyatuan menjadi bentuk organ yang akan menjadi manusia nantinya, organ tersebut dimasukkan ke dalam kandungan sang istri dan kemudian mengandungnya, hamil, dan melahirkan bayi dengan baik.

"Saya telah mengembangkan teknologi bayi tabung ini sejak lama dan telah saya presentasikan ke berbagai negara termasuk ke Indonesia 12 Mei lalu sekaligus melakukan MoU dengan sebuah klinik di Indonesia," lanjutnya.

Kerja samanya khusus untuk bidang Morula yaitu embrio tahap awal yang terdiri dari sel-sel (yang disebut blastomer) dalam bola padat yang terkandung dalam zona pelusida. Morula ini diproduksi oleh serangkaian divisi pembelahan embrio awal, dimulai dengan zigot bersel tunggal.

"Di Indonesia saya telah menyelidiki sekitar 4 klinik yang terkait dengan proses bayi tabung tetapi akhirnya saya putuskan kerja sama dengan Bundamedik Healthcare System (BHS) dan kerja sama (MoU) Morula IVF (in vitro fertilization) dalam empat hal," lanjutnya.

Pertama adalah tukar menukar informasi dan teknik. Kedua adalah pelatihan dokter, embriologis, dan perawat. Ketiga adalah kerja sama menggali keuntungan bersama. Misalnya melakukan kunjungan studi ke fasilitas salah satu pihak, personal medis dapat menerima pasien. Pihak BHS bulan Agustus mendatang akan mengunjungi klinik Kyono di Jepang. Lalu kerja sama keempat adalah perawatan sebelum dan setelah pasien menerima penanganan medis.

Kyono merasa senang dapat bekerjasama dengan BHS karena melihat klinik atau rumah sakit tersebut menangani pasiennya dengan baik.

"Saya tahu beberapa klinik di Indonesia dari teman-teman Jepang yang ada di Indonesia, lalu saya kunjungi mereka. Tampaknya di BHS peralatan dan sistem kerja serta lainnya dilakukan snagat serius dan baik sekali sehingga saya putuskan kerja sama dengan klinik tersebut," katanya.

Bagaimana soal biaya pembuatan bayi tabung?

"Di Indonesia lebih murah daripada di Jepang," ujarnya.

Di Jepang sampai dengan sang ibu hamil dengan biaya sekitar Rp 110 juta. Tentu saja dengan pemeriksaan kesehatan teliti terlebih dulu bagi pasangan suami istri tersebut.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan