Jumat, 19 September 2025

L Sugiharto: Ada Gerakan Terstruktur Berusaha Merusak dan Mengoyak Kestabilan NKRI

Sugiharto melihat, sepertinya sudah terjalin jaringan sedemikian rupa sehingga dengan cepat gerakan tersebut bisa terjadi.

Editor: Johnson Simanjuntak
Ist
L. Sugiharto, mantan perwira tinggi TNI 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Salah penanganan bisa jadi liar.

Hiruk pikuk masalah Ahok susah melebar kemana-mana.

Tampaknya ada gerakan terstruktur yang berusaha mengoyak kestabilan NKRI.

"Yang semula hanya pada pribadi Ahok yang telah menistakan agama entah dari mana asal mulanya sekarang sudah berkembang menjadi sentimen agama bahkan bisa berkembang ke arah etnis dan SARA," papar seorang mantan perwira tinggi TNI L. Sugiharto khusus kepada Tribunnews.com Senin ini (15/5/2017).

Tentunya, tambahnya, kita semua sepakat bahwa perbedaan adalah boleh-boleh saja, tetapi hendaknya tetap memiliki komitmen bahwa NKRI ini tidak boleh terkoyak.

"Saya mau mencoba merangkai dari kejadian Ahok ini dari berbagai sudut pandang. Mudah-mudahan bisa menggugah hati kita semua bahwa dengan kebhinekaan selain dapat menjadi perekat dan kekuatan juga bisa jadi kerawanan."

Terlepas dari dukungan terhadap Ahok ini rekayasa atau tidak, ungkapnya lagi, faktanya diawali adanya himbauan Kapolri agar Pok Silent Mayority berikan dukungan kepada Polisi dalam menindak Pok intoleran dan radikalisme dan anti kebhinekaan.

"Akhirnya kita lihat terjadi secara serentak dalam bentuk kiriman karangan bunga ke Balaikota, Mabes Polri dan hampir di semua Kantor Kepolidian di daerah yang kemudian berkembang berupa pengiriman balon, pembakaran lilin dengan berbagai hiruk pikuk dan perilaku massa."

Bahkan ada tindakan dan ucapan yang bisa mengarah kepada perpecahan anak bangsa, tambahnya.

" Dari sini kita bisa tahu bahwa sudah terbentuk jaringan yang sudah terstruktur dengan gerakan spontan atau ada sebuah komando entah dari siapa."

Sugiharto melihat, sepertinya sudah terjalin jaringan sedemikian rupa sehingga dengan cepat gerakan tersebut bisa terjadi.

"Saya teringat peristiwa tahun 1998 yang lalu hampir mirip dengan sekarang berupa gerakan massa yang puncaknya terjadi pada bulan Mei. Apakah kebetulan ? Ini semua jadi pembelajaran bagi anak bangsa ini agar bisa mawas diri bahwa NKRI yang beragam suku, agama dan ras ini sangat rentan untuk dipecah belah."

Sudah berulang kali diungkapkannya bahwa Indonesia berbeda dengan negara lain.

"Bangsa Indonesia terdiri dari ratusan bahkan ribuan suku-suku yang tersebar pada ribuan pulau. Sementara negara lain hampir tidak ada suku aseli sehingga sejarah terbentuknya suatu bangsa di negara mereka adalah dari berbagai bangsa di dunia."

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan