Sosialisasi Penyakit Itai-itai Jepang Dilakukan di Tangerang Selatan
Yasunobu Kuboki pimpinan IEPF kemarin menandatangani kerjasama implementasi yang akan melakukan sosialisasi penyakit Itai-itai
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Sosialisasi mengenai penyakit Itai-itai Jepang akan dilakukan di Tangerang Selatan dan kemarin (16/5/2017) dilakukan kesepakatan tandatangan antara organisasi promosi pendidikan Indonesia (IEPF) yang bermarkas di kota Toyama dengan badan kerjasama internasional Jepang (JICA) serta dengan sebuah Lembaga Swadaya Mansyarakat (LSM) Indonesia.
"Inisiatif sosialisasi penyakit Itai-itai akan dilakukan ke berbagai negara dan kali ini ke Indonesia," ungkap sumber Tribunnews.com Rabu ini (17/5/2017).
Yasunobu Kuboki pimpinan IEPF kemarin menandatangani kerjasama implementasi yang akan melakukan sosialisasi penyakit Itai-itai dengan pihak JICA dan sebuah LSM di Indonesia
Tahun 2011 IEPF mendirikan SD Hikari di Tangerang Selatan dan sosialisasi akan dilakukan di SD tersebut serta ke sekitar 21 SMP di sekitarnya dengan dana pemerintah Jepang lewat JICA dengan tema sosialisasi (penyulihan) lingkungan hidup, pengenalan penyakit Itai-itai.
Biaya 100 juta yen dengan jangka waktu 4 tahun.
Penyakit Itai-itai (Red.: Itai berarti sakit) mulai dikenal setelah dilaporkan koran Toyama terbit 4 Agustus 1955.
Wartawan koran tersebut, Yata Kiyonobu mengunjungi sebuah rumah sakit bertemu dokter Noboru Hagino memperlihatkan korban pasien akibat lingkungan kotor dari limbah yang tidak didaurulang buangan dari Mitsui Mining dan Smelting di pabrik Kamioka.
Polusi saat itu mengotori sungai Jinzuu yang berlabuh di teluk Toyama.
Penduduk di sekitar sungai tersbeut ikut tercemar sehingga berpenyakit yang membuat mereka kesakitan mengatakan Itai-itai saat dirawat.
Kata-kata itulah dipromosikan wartawan Yata ditulis besar jadi judul berita sehingga terkenal menjadi penyakit itai-itai di Jepang dan bahkan sudah mendunia, di Inggriskan menjadi Itai-itai Disease saat ini.