Ahli Nuklir Jepang: Setiap Bulan ada Sekitar 50 Insiden Trafik Materi Nuklir Gelap di Dunia
Deteksi material nuklir harus semakin ditingkatkan. Teknologi ini sudah ada harus harus disebarluaskan
Editor:
Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Setiap bulan ternyata ada sekitar 50 insiden trafik nuklir gelap di dunia lewat berbagai transportasi baik darat, laut dan udara. Oleh karena itu perlu pendeteksian canggih saat ini terhadap materi nuklir.
"Setiap dua atau tiga hari sekali atau sebulan skeitar 50 insiden trafik gelap perpindahan materi nuklir di berbagai tempat di dunia dan ini cukup memprihatikan dan bahaya saat ini," papar Yosuke Naoi, Director, Integrated Support Center for Nuclear Nonproliferation and Nuclear Security (ISCN) tanggal 9 Agustus 2017.
Menurutnya monitoring hal tersebut harus semakin ketat dilakukan karena dengan mudahnya perpindahan materi nuklir di dunia hal ini akan semakin membahayakan perdamaian dunia.
"Deteksi material nuklir harus semakin ditingkatkan. Teknologi ini sudah ada harus harus disebarluaskan lebih lanjut ke berbagai negara guna mendeteksi misalnya bandar udara yang mudah sekali masuk ke luar banyak orang secara cepat ketimbang lewat laut."
Apabila ditemukan trafik lewat bandar udara itu pun harus diproses lebih lanjut, darimana asalnya materi nuklir tersebut berasal, "Harus diusut tuntas hal ini," tekannya.
Saat ini ada yang namanya forensik identifikasi nuklir untuk mendeteksi asal materi nuklir tersebut karena itulah yang paling penting (mencari tahu asalnya) bagi mencegah trafik materi nuklir di dunia saat ini.
Untuk itu selain pentingnya kekuatan fisik penjagaan, juga perlu komitmen pemimpin yang kuat untuk hal nuklir tersebut.
Pendidikan pelatihan bagu sumber daya manusia perlu dilakukan dengan aktif sehingga menciptakan inisiatif yang lebih baik bagi pendeteksian alur materi nuklir di dunia ini.
Jepang sendiri saat ini menurutnya sangat prihatin dengan berkembangnya terorisme di dunia terutama mulai mengaitkan nuklir pula.
Oleh karena itu Jepang berusaha meningkatkan perannya dalam keamanan nuklir setidaknya dalam memperkuat penjagaan sekuriti dengan berbagai langkahnya menjelang Olimpiade 2020 mendatang.
Hal tersebut ditekankan Jepang dalam forum terbuka bulan Juni 2017 "Global Initiative to Combat Nuclear Terrorism (GICNT)" yang menekankan pentingnya antisipasi terhadap terorisme nuklir di acara olahraga dunia mendatang tahun 2020.
Badan ISCN adalah milik pemerintah Jepang.
Pada bulan April 2010, Jepang berpartisipasi dalam KTT Keamanan Nuklir di Washington DC bersama 46 negara lainnya dan 3 organisasi internasional.
Dalam Pernyataan Nasional, pemerintah Jepang mengumumkan pembentukan pusat dukungan regional di bawah Badan Energi Atom Jepang (JAEA) untuk memperkuat keamanan nuklir bagi Asia, sebagai sebuah inisiatif untuk mencegah terorisme nuklir.
Pusat Dukungan Terpadu untuk Nonproliferasi Nuklir dan Keamanan Nuklir (ISCN) didirikan di bawah JAEA pada bulan Desember 2010, dan pusat ini merayakan pembukaan resminya pada tanggal 4 Februari 2011.