Minggu, 24 Agustus 2025

Soal Pembunuhan Khashoggi, Amerika Tak Bereaksi Keras terhadap Arab Saudi, Ini Lima Alasannya

Para pejabat Turki meyakini Khashoggi telah dibunuh namun Saudi menggambarkan klaim ini "bohong".

Editor: Hasanudin Aco
Ozan Kose/AFP
Jamal Khashoggi 

TRIBUNNEWS.COM, AS - Presiden AS Donald Trump mengancam akan memberlakukan "hukuman berat" bagi Arab Saudi jika terbukti membunuh wartawan veteran Jamal Khashoggi, yang hilang setelah berkunjung ke kantor Konsulat Saudi di Istanbul.

Khashoggi adalah pemukim di AS dan menulis untuk koran The Washington Post.

Para pejabat Turki meyakini Khashoggi telah dibunuh namun Saudi menggambarkan klaim ini "bohong".

Baca: Pejabat Arab Saudi Sebut Khashoggi Meninggal Setelah Dicekik Lalu Jenazahnya Digulung Pakai Karpet

Saudi juga menegaskan jika negara-negara Barat menerapkan sanksi, Riyadh akan membalasnya "dengan skala yang lebih berat".

Apakah akan ada sanksi terhadap Saudi? Dan apa dampak dari kasus ini terhadap hubungan Saudi dan Barat?

1. Pasok dan harga minyak

Saudi memiliki sekitar 18% cadangan minyak dunia dan merupakan eksportir minyak terbesar, menurut data organisasi negara-negara produsen minyak OPEC.

Faktor minyak ini membuat Saudi sangat diperhitungkan di panggung internasional.

Baca: Tas Hitam Jokowi saat Datang ke Rumah Gus Dur Sempat Jadi Sorotan, Yenny Wahid Akhirnya Buka Suara

Jika misalnya AS dan negara-negara lain menerapkan sanksi, pemerintah Saudi akan dengan mudah memangkas produksi minyak, yang dengan sendirinya akan menaikkan harga minyak secara global, kecuali negara-negara lain bisa menutup pasok minyak yang tadinya berasal dari Saudi.

Dalam tajuk rencana yang diterbitkan hari Minggu (14/10), Turki Aldakhil, manajer Al Arabiya -stasiun televisi yang dimiliki pemerintah Saudi- mengatakan sanksi terhadap Saudi akan memicu "bencana ekonomi yang imbasnya akan terasa di seluruh dunia".

Ia mengatakan harga minyak pada kisaran US$80 per barel telah membuat Presiden Trump marah. Dan di atas kertas, peluang kenaikan harga ke kisaran US$100 atau bahkan US$200 per barel terbuka lebar.

Kenaikan harga sudah barang tentu akan mempengaruhi konsumen di tingkat bawah yang membeli BBM di berbagai SPBU.

2. Kontrak militer

Anggara militer Arab Saudi adalah yang terbesar ketiga di dunia pada 2017, menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockho, (SIPRI).

Halaman
123
Sumber: BBC Indonesia
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan