Rabu, 17 September 2025

Perancis Pernah Minta Bantuan Jember untuk Bangun Perkebunan Cokelat di Afrika

Perancis ternyata pernah minta bantuan kepada ahli cokelat yang ada di Jember Indonesia untuk membangun pabrik cokelat mereka di Afrika.

Editor: Dewi Agustina
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
DR Totok Hari Wibowo, Analis Kebijakan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo di Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Perancis ternyata pernah minta bantuan kepada ahli cokelat yang ada di Jember Indonesia untuk membangun pabrik cokelat mereka di Afrika.

"Indonesia itu hebat antara lain cokelat dan kakaonya yang ada di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) di Jember. Pihak Perancis saja pernah minta bantuan ke Jember untuk membangun pabrik cokelat di Afrika," ungkap DR Totok Hari Wibowo, Analis Kebijakan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia kepada Tribunnews.com, Jumat (2/11/2018).

Dalam kerjanya saat ini Totok melakukan evaluasi kepada semua lembaga riset yang ada di Indonesia.

"Namun saya bingung, ada balai besar di Makassar minta dana pengembangan kopi dan cokelat. Lha itu kan bisa ke Jember yang dibentuk tahun 1911 dan pengetahuan data serta evaluasi mereka di Jember sangat lengkap di dunia," ungkap DR Totok Hari Wibowo.

DR Totok Hari Wibowo mengatakan banyak orang malas mengakses, tak mau repot untuk mengakses hasil penelitian yang telah dikembangkan.

"Demikian pula di Karanganyar ada hasil penelitian potensi herbal nusantara. Saya 3 tahun lalu ke sana dan mereka mengklaim sudah melakukan pemetaan aktif terhadap potensi herbal Indonesia," kata DR Totok Hari Wibowo.

Kini menurut DR Totok Hari Wibowo, tinggal peneliti melakukan investigasi komponen aktif untuk bisa menghasilkan manfaat.

"Ternyata sampai kini tak terjadi apa-apa. Tak jadi obat apa-apa," kata DR Totok Hari Wibowo.

Farmasi Unair, Farmasi UGM, Farmasi Unpad dan lainnya sudah bergerak.

"Bahkan Unpad mengklaim penelitian biji pala. Lha itu kan titik kecil di dalam peta komponen aktif yang sudah diidentifikasi oleh balai besar obat herbal tersebut. Artinya, masih banyak lagi lainnya kok kita tak fokus ke sana ya?" kata DR Totok Hari Wibowo.

Baca: Jenazah Syachrul Anto, Penyelam Tim Evakuasi Lion Air akan Dimakamkan Usai Dzuhur

Bahkan Unair katanya akan mengembangkan obat modern berbasis herbal.

"Anehnya mereka baru tahu dari saya kalau ada institusi balai besar tanaman herbal. Ini kan konyol banget ya," ujar DR Totok Hari Wibowo.

DR Totok Hari Wibowo mengaku menegur beberapa pihak yang ingin membuat bisnis bikin obat modern dari herbal namun tak tahu kalau ada institusi yang telah melakukannya dengan mendalam. Informasi akhirnya tidak komplit.

Regionalisasi industri Indonesia juga dianggap gagal oleh Totok.

"Penelitian di lembaga riset tidak hanya di perguruan tinggi saja, tidak pernah fokus untuk upaya mencarikan solusi secara tuntas. Konsistensi kontinuotas program tak ada," kata DR Totok Hari Wibowo.

Menurut DR Totok Hari Wibowo, pernah ada yang bentuk konsortium menginvestigasi ke arah mana industri otomotif diarahkan, ada yang diarahkan gugus tugas ke klausal dan sebagainya.

"Belum selesai identifikasi secara solid eh dana sudah habis. Ujung-ujungnya didikte ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek). Kementerian perindustrian setelah dicek ujungnya adalah total policy dari yang diinginkan oleh ATPM," kata DR Totok Hari Wibowo.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan