Jumat, 19 September 2025

Jepang Ributkan Tambahan Tunjangan 20 Juta Yen Per Lansia, Menkeu Tolak Usulan Tim Ahli FSA

Perdana Menteri Shinzo Abe juga meminta maaf Senin, mengatakan ungkapan yang digunakan dalam laporan itu "tidak akurat dan menyesatkan

Editor: Johnson Simanjuntak
Richard Susilo
Wakil Perdana Menteri Jepang, Taro Aso (78) yang juga menteri keuangan Jepang 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Menteri Keuangan Taro Aso, yang juga bertanggung jawab atas Badan Jasa Keuangan (FSA) mengindikasikan ia tidak akan menerima laporan oleh panel FSA dengan mengatakan premis mereka telah menyebabkan kekhawatiran dan kesalahpahaman ekstrem dan bertentangan dengan kebijakan pemerintah yang ada.

"Rencana pensiun publik tidak akan pernah runtuh," kata Aso, yang juga menjabat sebagai wakil perdana menteri Jepang kemarin (11/6/2019).

Langkah ini sebagai tanggapan terhadap tuntutan partai-partai yang berkuasa untuk penarikan laporan menjelang pemilihan anggota parlemen yang dijadwalkan untuk bulan depan.

Laporan itu telah memicu kontroversi dari partai yang berkuasa dan oposisi sejak diumumkan awal bulan ini.

Diperkirakan bahwa pasangan yang akan berumur 95 tahun membutuhkan setidaknya 20 juta yen aset untuk menebus kekurangan yang akan terjadi jika mereka hanya mengandalkan tunjangan pensiun untuk menutupi biaya hidup setelah pensiun.

Menurut satu perkiraan pemerintah, 1 dari 4 orang Jepang yang saat ini berusia 60 akan hidup sampai 95 tahun.

Oleh karena itu, makalah itu menyerukan kepada publik untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar atas perencanaan pensiun mereka dengan secara proaktif mengelola dan menginvestasikan aset mereka.

Menteri keuangan berusia 78 tahun itu mengatakan sementara pemerintah mempertahankan sistem pensiun dimaksudkan untuk menutupi "sampai batas tertentu" .

Meskipun tidak sepenuhnya benar, laporan itu memberi kesan bahwa rencana itu bahkan tidak dapat mencapai tujuan sesuai kebijakan pemerintah saat ini apabila tidak ada tambahan subsidi lagi.

Sebelumnya pada hari itu, Toshihiro Nikai, sekretaris jenderal Partai Demokrat Liberal yang berkuasa, mengatakan kepada wartawan bahwa dia "sangat prihatin karena hanya kisah defisit 20 juta yen yang disorot" saat ini untuk kepentingan politik tertentu.

"Kita harus berhati-hati untuk tidak mengecewakan kandidat partai kita sebelum pemilihan Majelis Tinggi," kata Nikai lagi.

Perdana Menteri Shinzo Abe juga meminta maaf Senin, mengatakan ungkapan yang digunakan dalam laporan itu "tidak akurat dan menyesatkan," selama pertemuan Komite Audit Dewan Parlemen.

"Laporan itu memberi kesan yang salah dengan mengatakan bahwa pasangan rumah tangga lansia biasanya menderita defisit 50.000 yen setiap bulan," katanya.

Karena gaya hidup berbeda-beda di antara orang lanjut usia, demikian juga standar kehidupan mereka, praktik kerja dan situasi aset, tambahnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan