Polemik Kalijodo
Meski Tarif Sekali Kencan Rp 150.000, Pelanggan Kalijodo Tak Melulu Kelas Bawah
Pada siang hari kondisi jalan relatif lengang, hanya terlihat beberapa PSK yang keluar dari rumah bordil
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kalijodo sebagai lokalisasi terbesar di Jakarta saat ini menyimpan banyak cerita.
Sejak beberapa tahun terakhir, tempat prostitusi yang berada di tepian Banjir Kanal Barat (BKB) itu tidak hanya dikunjungi masyarakat kelas bawah, namun juga golongan menengah yang hendak menikmati layanan dari Pekerja Seks Komersial (PSK) di sana.
"Belakangan para pengunjung banyak yang membawa mobil-mobil bagus. Kalau dulu kan yang datang ke sini paling pekerja kasar atau masyarakat berpenghasilan rendah," kata Dani (37), pengojek yang sering mangkal di sekitar Kalijodo saat berbincang dengan Warta Kota, Kamis (11/2).
Tarif PSK di Kalijodo terbilang murah, sekitar Rp150.000 untuk sekali kencan.
Dari tarif tersebut, PSK hanya menerima maksimal Rp100.000.
Sisanya, diberikan kepada induk semang sebagai biaya sewa kamar dan setoran.
Kabar mengenai rencana penertiban kawasan Kalijodo oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah didengar para PSK, tokoh-tokoh berpengaruh maupun orang-orang yang selama ini mencari nafkah di sana.
Meskipun demikian, sejauh pengamatan Warta Kota, aktifitas di Kalijodo berjalan normal.
Pada siang hari kondisi jalan relatif lengang, hanya terlihat beberapa PSK yang keluar dari rumah bordil untuk sekadar membeli makan.
Beberapa pemuda setempat yang ditanyai Warta Kota soal rencana penggusuran tak banyak merespon.
"Jangan tanya saya," kata pemuda berkemeja biru dengan nada sinis.
Seorang rekannya bahkan meminta wartawan untuk pergi dari kawasan Kalijodo.
"Jangan nyari masalah di sini, bang," ketusnya.
Aktifitas di Kalijodo mulai hidup pada malam hari.
Puluhan perempuan berdandan menor duduk di depan-depan wisma atau di tempat hiburan untuk menggaet pelanggan.