Ponpes yang Didirikan Soplo Sang Pengemudi Ojek Online Sudah Mencetak 12 Hafidz Quran
Soplo memiliki Pesantren Tahfizh Quran di wilayah Ciomas, Bogor. Ia mendirikan pesantren khusus untuk anak yatim dan kalangan tidak mampu.
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Firmansyah
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ojek online sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Ibu Kota Jakarta.
Dengan cara pemesanan yang mudah banyak masyarakat yang menggunakan jasa ojek online sebagai alat transportasi mereka.
Tidak hanya menjadi pengemudi ojek online, banyak pula driver yang memiliki aktivitas lain dalam bidang sosial.
Endang Irawan (41) atau biasa dipanggil Soplo salah satu pengemudi ojek online yang aktif bergerak dalam bidang sosial.
Soplo memiliki Pesantren Tahfizh Quran di wilayah Ciomas, Bogor. Ia mendirikan pesantren khusus untuk anak yatim dan kalangan tidak mampu.
Baca: Hari Ini Bangkai KM Sinar Bangun akan Ditarik, Jenazah Korban Berada di Kedalaman 450 Meter
"Insya Allah kalo memang, yatim, fakir, miskin, maksudnya orang-orang yang tergolong fakir miskin saya kenain gratis," ujar Soplo di Kawasan Go Food Festival, Senayan, Jakarta, Jumat (29/6/2018).
Pondok pesantren yang berdiri sejak 2006 ini sudah mencetak 12 penghafal atau hafidz Quran yang lulus dari pesantren yang ia dan keluarganya bangun.
Soplo membangun pesantren dari keresahannya, ia melihat zaman sekarang banyak anak-anak yang tidak mengerti tentang agama.
"Saya pernah nanya rukun wudhu ada berapa? Dia ga tau. Itulah yang membuat saya terpukul. Kalo cara wudhu gimana? Wudhu apaan pak. Karena saya tahu dia muslim makanya saya tanya seperti itu," ujar Soplo.
"Dia bingung nah itulah. Akhirnya saya kasih arahan. Kamu ini harus sopan dengan orang tua. Kamu ini harus berbakti sama orang tua. Karena pelajaran berbakti dan akhlakul karimah kepada orang tua Insya Allah belajar agama," katanya.
Baca: Pengamat Sebut Politik SARA Masih Jadi Catatan Buruk di Pilkada Serentak 2018
Dengan metode tradisional Soplo mengajarkan kesederhanaan di dalam lingkungan pesantren miliknya.
"Cuci sendiri, tidur dengan alas tiker, makannya pakai daun, jadi tradisional. Yang saya terima minimal bisa baca, tulis, dan sudah bisa nyuci sendiri," ujar Soplo.
Soplo berharap dengan adanya pesantren generasi penerus bangsa memiliki ilmu yang bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitarnya.
"Harapan ya semoga generasi penerus ini mempunyai ilmu yang bermanfaat untuk dirinya dan keluarga dan bahkan lingkungan yang ada dia bisa terapkan keilmuan," katanya.