Krisis Udara Bersih, Polusi Sebabkan 10.000 Kematian Dini di Jakarta Tiap Tahun
Polusi udara rugikan Indonesia hingga 220 miliar dolar AS, sebabkan 10.000 kematian dini tiap tahun di Jakarta.
Ringkasan Berita:Polusi udara rugikan ekonomi Rp3.500 triliun dan sebabkan 10.000 kematian dini/tahun.KLHK dorong kepatuhan industri lewat sistem pemantauan emisi SISPEK.KADIN dan BNI komit dukung transisi menuju industri hijau dan pembiayaan bersih.
TRIBUNNEWS.COM - Polusi udara saat ini menjadi salah satu tantangan lingkungan paling serius yang dihadapi Indonesia.
Dalam upaya memperbaiki kualitas udara, dibutuhkan lebih dari sekadar regulasi dan kesadaran publik.
Pada tahun 2022, beban ekonomi akibat dampak kesehatan dari polusi udara diperkirakan mencapai 220 miliar dolar AS atau sekitar 6,6 persen dari PDB nasional.
Di Jakarta sendiri, kualitas udara yang buruk dikaitkan dengan lebih dari 10.000 kematian dini setiap tahun, menimbulkan kerugian ekonomi mencapai 2,9 miliar dolar AS per tahun.
Data ini menunjukkan isu udara bersih bukan semata persoalan kesehatan, tetapi juga menyangkut ketahanan ekonomi nasional.
Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup (LH), Rasio Ridho Sani mengatakan keberhasilan pengendalian polusi udara bergantung pada kombinasi instrumen kebijakan, pemantauan, dan pendanaan.
Hal ini ia sampaikan dalam diskusi 'Mempercepat Aksi Udara Bersih: Mobilisasi Pembiayaan untuk Inisiatif Udara Bersih' yang digelar Organisasi Bicara Udara dan Systemiq, dalam acara Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025, Jakarta International Convention Center, Jumat (10/10/2025).
“Melalui Sistem Informasi Pemantauan Emisi Industri Kontinyu (SISPEK), kita mulai melihat perubahan perilaku di sektor industri," kata Rasio dalam keterangannya, Minggu (12/10/2025).
Ia menyebut masih ada tantangan dalam memastikan kepatuhan dan percepatan adopsi teknologi pengendalian emisi bagi para pelaku usaha. Menurutnya kepatuhan para pelaku usaha ini membutuhkan penerapan kebijakan yang konsisten.
"Namun, kepatuhan membutuhkan dorongan kebijakan yang konsisten serta dukungan pendanaan agar pelaku usaha dapat berinvestasi dalam teknologi pengendalian emisi,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Sanny Iskandar, menyebut pelaku industri kini semakin sadar bahwa investasi pada efisiensi energi dan teknologi rendah emisi, menjadi bagian strategi bisnis untuk memperkuat daya saing.
Sanny menyatakan bahwa investasi pada dua hal itu bisa menguatkan daya saing jangka panjang bagi Indonesia.
“Industri hijau adalah masa depan. Investasi pada efisiensi energi dan teknologi bersih akan memperkuat daya saing jangka panjang Indonesia," katanya.
Direktur Corporate Banking BNI, Agung Prabowo menyampaikan sektor perbankan puna peran strategis untuk mendorong transisi industri menuju proses produksi yang lebih bersih.
Pihaknya juga telah mempercepat investasi pada teknologi rendah emisi dan mendukung proyek yang berkontribusi pada pengurangan polusi udara.
“Transisi menuju industri hijau tidak akan berjalan tanpa dukungan pembiayaan yang kuat. Bank dapat menjadi katalis dengan menyalurkan dana ke proyek-proyek yang berdampak positif bagi lingkungan. Namun, agar pembiayaan ini dapat berkembang lebih cepat, dibutuhkan insentif kebijakan dan jaminan risiko yang lebih kuat dari pemerintah,” pungkas Agung.
Besok Putusan Praperadilan Nadiem Makarim, Ini Harapan Kuasa Hukum Pemohon hingga Respons Kejagung |
![]() |
---|
Hari Pertama Night at the Ragunan Zoo Catat 3.713 Pengunjung, Rata-rata Tujuannya Piknik |
![]() |
---|
Cerita Warga Jakarta Sakit Flu Seminggu Lebih: Awalnya Sakit Kepala dan Bersin-bersin |
![]() |
---|
Eks Supervisor Nekat Bobol Brankas Restoran di Kawasan Halim Demi Obati Sang Ibu yang Sakit Gula |
![]() |
---|
Ketua RT Jamil Ungkap Sosok Ibad, Pengemudi Ojol Lansia Hidup Sebatang Kara yang Ditemukan Meninggal |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.