Pukat UGM Nilai Meme Setya Novanto sebagai Ekspresi Publik
Zainal Arifin Mochtar meminta aparat kepolisian agar bijak menanggapi laporan terkait meme Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto.
Penulis:
Imanuel Nicolas Manafe
Editor:
Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi Universitas Gajah Mada (Pukat UGM) Zainal Arifin Mochtar meminta aparat kepolisian agar bijak menanggapi laporan terkait meme Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto.
“Polisi harus membaca ini lebih wise (bijak). Yang begini bisa mendistorsi penegakan hukum anti korupsi. Kalau yang begini lebih diberi perhatian lebih, bisa-bisa pemberantasan korupsi akan menjadi lemah. Makanya polisi harus lebih wise. Bukti wise polisi adalah dia mau dengan detail melihat ini, karena bahaya,” ujar Zainal di Jakarta, Minggu (5/11/2017).
Zainal mengatakan, persoalan meme Novanto yang banyak beredar di media sosial itu muncul secara kontekstual.
“Kejadian ini bukan kejadian penghinaan orang tidak ngapa-ngapain dihina, bukan. Ada konteksnya,” tutur Zainal.
Baca: Suzuki SX4 S-Cross Facelift Bakal Resmi Hadir di Hari Pahlawan
Artinya, Zainal menilai meme tersebut merupakan ekspresi publik terkait foto Novanto yang sedang terkapar di rumah sakit beberapa saat setelah ia ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK.
“Komentar masyarakat ada dua, dalam bentuk kata atau gambar. Nah ini ada konteksnya di mana kecurigaan publik, dia tidak sakit, dia sedang berpura-pura sakit. Karena ada analisis selangnya enggak nyambung. Ini dipasang kebalik. Jadi ini ada konteks orang curiga dia tidak sakit,” kata Zainal.
Selain itu, Zainal berpendapat meme tersebut merupakan akumulasi dari reaksi publik terhadap para Tersangka KPK yang kerap sakit ketika ditetapkan statusnya.
“Kemuakan orang dengan pemberantasan korupsi yang tidak bisa selesai ketika berhadapan dengan pejabat besar. Setiap berhadapan dengan pejabat besar pemberantasan korupsi enggak bisa. Ketika dipanggil tiba-tiba enggak mau, enggak bisa, setiap dipanggil KPK sakit. Nah konteks ini yang harus dibaca,” kata Zainal.