Pilpres 2019
Jika Prabowo-AHY, Prabowo Akan Antarkan AHY Jadi Capres Terkuat Pada Pilpres 2024
Bukan hanya Prabowo, tapi juga partai-partai pendukung lainnya turut mengantarkan AHY menjadi Capres terkuat di 2024.
Penulis:
Srihandriatmo Malau
Editor:
Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto ikut mengantarkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), putera sulung Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi sosok paling diperhitungkan pada Pemilu Presiden 2024.
Hal itulah menurut pengamat Komunikasi Politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, terjadi tatkala Prabowo akan berduet dengan AHY di Pilpres 2019.
Bukan hanya Prabowo, tapi juga partai-partai pendukung lainnya turut mengantarkan AHY menjadi Capres terkuat di 2024.
"Kalau Prabowo-AHY, pak Prabowo ikut mengantarkan menjadi seseorang nanti di 2024, ntah maju sebagai Capres maupun Cawapres nantinya," ujar pendiri Lembaga Survei KedaiKOPI (Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia), kepada Tribunnews.com, Rabu (1/8/2018).
Dia tidak mau menilai itu kerugian atau keuntungan bagi Prabowo atau Partai Gerindra dan koalisi, karena mengantarkan AHY menjadi sosok yang sangat kuat di Pilpres 2024.
Ia mengembalikan semuanya kepada Prabowo dan Gerindra serta partai pendukung lainnya terkait putusan akan menduetkan Prabowo-AHY menjadi penantang pasangan petahana Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019.
"Kalau terjadi Prabowo-AHY, berarti Prabowo baik sekali, dia mengantarkan AHY menuju 2024 dengan posisi dan daya tawar yang lebih baik daripada sekarang," katanya.
Selain itu juga ia melihat sangat sulit bagi pasangan Prabowo-AHY untuk bisa mengalahkan Jokowi di Pilpres 2019.
Kenapa demikian?
Ia menjelaskan, AHY tidak memiliki basis elektoral yang baik.
Sedangkan Prabowo, kata dia, memiliki elektabilitas yang relatif kecil yakni 20-an persen.
Artinya masih jauh dibawah Jokowi yang punya elektabilitas 50-an persen.
"Jadi disparitas dengan pak Jokowi pun terlalu jauh," jelas pendiri Survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (Kedai Kopi) ini.
Memang kata dia, dalam politik semuanya bisa saja terjadi, termasuk menang dalam Pilpres 2019.
Tapi jika mau dinilai melalui acuan analisa politik, maka yang terjadi adalah sangat sulit kemenangan itu akan ada di pihak Prabowo-AHY.
"Menang sih masih ada, tapi sangat kecil," prediksinya.
"Karena Prabowo-AHY ini akan sangat sulit sekali untuk menghadapi Jokowi dengan siapa pun pasangannya," tegasnya.
Dalam survei teranyar KedaiKOPI, elektabilitas Jokowi masih tertinggi dibandingkan kandidat Capres lainnya.
Hal itu terungkap dalam hasil survei terbaru dari Lembaga Survei KedaiKOPI (Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia), yang dirilis Rabu (11/7/2018).
Menurut KedaiKOPI, elektabilitas Jokowi mencapai 47,8 persen. Disusul dengan Prabowo Subianto (24,4 persen).
Setelah Prabowo, ada nama Gatot Nurmantyo (2,6 persen), Anies Baswedan (1,8 persen), Rizal Ramli (1,4 persen), dan SBY (0,4 persen).
Sebelumnya Prabowo menegaskan bahwa permintaan Ketua Umum Partai Demokrat SBY yang menawarkan Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY sebagai cawapres bukanlah harga mati.
Hal itu ia ungkapkan saat memberikan keterangan usai bertemu SBY di kediaman pribadi SBY, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (24/7/2018) malam.
"Pak SBY tidak meminta AHY sebagai cawapres sebagai harga mati. Beliau minta kita mencari nama yang terbaik," ujar Prabowo.
Meski demikian, ia tidak memungkiri bahwa nama AHY sebagai salah satu nama yang dipertimbangkan sebagai cawapres.
Menurut Prabowo, ia membutuhkan kriteria cawapres pendamping yang memiliki kapabilitas dan bisa berkomunikasi secara baik dengan generasi muda.
"Tapi kriteria yang saya butuhkan, capable, orang yang bisa berkomunikasi dengan baik dengan generasi muda karena memang pemilih mayoritas di bawah 40 tahun," kata Prabowo.
"Umpama nama AHY muncul saya harus katakan, why not," tegasnya.(*)