Pemilu 2014
KPU Dinilai Tak Siap Hadapi Perbedaan Hasil Pilpres yang Sangat Tipis
KPU saat ini belum siap secara teknis untuk mengantisipasi perbedaan suara yang sangat tipis
Penulis:
Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM.JAKARTA- Hasil perolehan suara antara Jokowi dan Prabowo sangat ketat pada pemilihan presiden kali ini.
Hal ini diutarakan Praktisi dan Pengamat IT dari ITB Deddy Syafwan kepada media, Kamis (10/7/2014) bahkan hasil perolehan suara antara Jokowi dan Prabowo sangat ketat sekali pada pilpres kali ini.
Menurut Deddy kalau pada 2004 dan 2009, hasil perhitungan suara mutlak dimenangkan SBY. " Saat ini perbedaan antara suara Jokowi dan Prabowo sangat tipis, bahkan berbagai lembaga survei memiliki hasil yang beda satu sama lain,"katanya.
Sebagai pemerhati di bidang IT, Deddy melihat KPU saat ini belum siap secara teknis untuk mengantisipasi perbedaan suara yang sangat tipis. Seharusnya KPU segera mengumpulkan 100 persen form C1 PPWP dan lampirannya dari total TPS untuk pilpres 2014 sebanyak 479.1823 TPS.
"Ini dilakukan dengan via upload scan form C1 di KPUD Kabupaten Kota. Namun sayangnya, link ini belum tersedia di website KPU,"ujar Deddy.
KPU kata Deddy, seharusnya melakukan perhitungan otomatis dan tabulasi cepat dengan aplikasi pembaca data atau entry data per TPS dari data C1 scan yang diupload. Sehingga peserta pilpres dapat langsung membandingkan hasil pilpres secara cgkat TPS, kelurahan, kecamatan, kabupaten, kota, serta pusat.
KPU, lanjut Deddy, harus memberikan tenggang waktu yang tidak melebihi jadwal perhitungan manual untuk semua proses di atas. Sehingga jika terjadi sengketa data hasil pilpres , data-data C1 ini dapat menjadi rujukan yang valid.
"Jangan seperti kasus pileg yang lalu. Sampai selesainya jadwal perhitungan manual, hanya 80 persen saja data scan C1 yang masuk,"kata Deddy.
Pada kesempatan yang sama Sekretaris Forum Matahari Sinari Indonesia Raya (Formasi) Azrul Tanjung mengatakan, terdapat perbedaan hasil survei Jokowi dan prabowo. Ini memang perlu dipertanyakan. “ Harus ada data orisinil yang bisa dipertangungjawabkan dalam survei-survei ini. “
Kalau begini, akhirnya masing-masing capres mengklaim kemenangannya sesuai hasil survei yang beda itu. "Agar masalah ini tidak berlarut-larut dan menimbulkan masalah. Makanya KPU harus mengambil sikap,"kata Azrul.
KPU, kata Azrul, harus melakukan perhitungan otomatis dan tabulasi cepat dengan aplikasi pembaca data atau entry data per TPS dari data C1 scan yang diupload. Data C1 ini harus dihadirkan. Sehingga, peserta pilpres dapat langsung membandingkan hasil pilpres secaranya terus-menerus.