Pilpres 2019
Update Quick Count Litbang Kompas: Data Masuk Hampir 80 Persen, Jokowi-Ma'ruf Unggul 54,20 Persen
Keunggulan Jokowi-Ma'ruf Amin masih belum terkejar pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, berdasarkan hitung cepat Litbang Kompas.
Penulis:
Srihandriatmo Malau
Editor:
Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keunggulan pasangan calon presiden 01, Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin masih belum terkejar pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, berdasarkan hitung cepat Litbang Kompas, Rabu (17/4/2019).
Dari data masuk sebanyak 79,90 persen ke pusat data Litbang Kompas pada pukul 18:00 WIB menunjukkan Jokowi-Amin unggul pada angka 54,20 persen.
Sedangkan Prabowo-Sandiaga berada pada angka 45,80 persen.
Baca: Prabowo-Sandiaga Unggul di Lapas Cipinang Klas I
Untuk melihat pergerakan suara, terlihat saat data masuk 60,05 persen ke pusat data Litbang Kompas pada pukul 15:53 WIB menunjukkan Jokowi-Amin unggul di 54,72 persen.
Sedangkan paslon 02, Prabowo-Sandi berada di angka 45,28 persen.
Sebelum itu, saat data masuk 55 persen ke pusat data Litbang Kompas pada pukul 15:53 WIB, pasangan Jokowi-Amin unggul di 54,72 persen, dari paslon 02, Prabowo-Sandi sebesar 45,28 persen.
Ketika data masuk 50,10 persen ke pusat data Litbang Kompas pada pukul 16:27 WIB, pasangan Jokowi-Amin masih di atas, dengan perolehan 55,17 persen.
Sedangkan Prabowo-Sandi memperoleh 44,83 persen.
Amatan Tribunnews.com di pusat Data Litbang Kompas, hasil hitung cepat Litbang Kompas pada pukul 15:03 WIB, Jokowi-Amin unggul dengan perolehan 55,37 persen suara.
Baca: Prabowo - Sandi Menang Telak di 11 TPS Tempat Anggota Keluarga TNI Kelurahan Baru
Sedang Prabowo-Sandi memperoleh 44,63 persen.
Suara terus bergerak pada pukul 15:10 WIB, dengan suara masuk 42,80 persen.
Jokowi-Amin masih unggul dengan 55,82 persen, sementara Prabowo-Sandi 44,17 persen.
Dalam hitung cepat kali ini, Litbang Kompas mengambil sampel semua pemilih dari 2.000 TPS terpilih yang tersebar di seluruh Indonesia.
Pengambilan 2.000 sampel dilakukan dengan pertimbangan target toleransi kesalahan (margin of error), kemampuan sumber daya yang ada, dan biaya.
Baca: Usai Mencoblos, Menpora: Pilihan Boleh Berbeda asal Jangan Membuat Perpecahan