Kamis, 18 September 2025

Mbah Wongso, Warga Suriname Keturunan Jawa Akhirnya Temui Kerabat di Kulonprogo

Semangatnya yang menggebu untuk segera bertemu keluarga dan melihat tempat kelahiran ayahnya, membuat Mbah Wongso sampai lupa bawa tas

Editor: Sanusi
(KOMPAS.com / Wijaya Kusuma)
Soegiran Wongsotaroeno (80) atau dipanggil Mbah Wongso saat berjalan bersama Songko Hardjosukoyo (99) adik kandung ayahnya yang masih hidup 

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Soegiran Wongsotaroeno (80) atau dipanggil Mbah Wongso Warga Suriname keturunan Jawa seakan tak percaya jika hari bahagia yang sudah lama dinanti-nantikannya telah tiba.

Wajah Soegiran Wongsotaroeno (80) pagi itu terlihat begitu bersemangat dan berbingar-bingar. Mengenakan baju batik dan topi, ditemani Bibid Kuslandinu, Pelaksana Fungsi sosial Budaya KBRI Paramaribo, Mbah Wongso melahap sarapan paginya di hotel.

"Saya sudah tidak sabar bertemu dengan keluarga di Kulonprogo.Tujuan saya jauh-jauh ke Indonesia ini ya untuk bertemu dengan keluarga," ujar Soegiran Wongsotaroeno (80) atau dipanggil Mbah Wongso dalam bahasa Jawa ngoko kepada Kompas.com, Jumat (20/10/2017).

Orang-orang Jawa yang tinggal di Suriname berbahasa Jawa ngoko atau bahasa Jawa kasar. Bahasa Jawa ngoko adalah salah satu yang menetap sebagai identitas bagi komunitas orang-orang Suriname keturunan Jawa. Mereka tidak bisa lagi bercakap bahasa Jawa halus.

Jam menunjukan sekitar pukul 08.45 WIB. Mbah Wongso berpamitan ke Bibid Kuslandinu untuk mengambil tas di kamar hotel. Pria berusia 80 tahun ini lantas berjalan mengambil satu tas koper dan bergegas menuju lobi hotel.

Sesampainya di lobi Mbah Wongso sudah ditunggu oleh salah satu keponakannya dari Kulonprogo. Keduanya bersalaman dan berbincang sebentar. Mbah Wongso lantas berpamitan dengan teman -teman peserta Program Family Pilgrim lainya yang juga berkumpul di lobi untuk mengunjungi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Setelah berpamitan, Mbah Wongso bersama keponakannya menuju sebuah mobil taxi yang sudah menunggu di depan lobi hotel.

Semangatnya yang menggebu untuk segera bertemu keluarga dan melihat tempat kelahiran ayahnya, membuat Mbah Wongso sampai-sampai lupa membawa tas kopernya.

Salah satu petugas tour and travel yang mendampingi rombongan Family Pilgrim memanggil sembari menghantarkan tas tersebut ke tempat Mbah Wongso yang sudah berada di pintu mobil taxi.

Sekitar 45 jam perjalanan ditempuh dari Yogyakarta menuju Kulonprogo. Sesampainya di perempatan Patung Nyi Ageng Serang, mobil taxi yang ditumpangi Mbah Wongso dan keponakannya berbelok ke selatan menuju Kecamatan Panjatan.

Mobil Taxi lalu masuk ke sebuah jalan dusun Gatokan, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulonprogo. Pepohonan yang rindang di kanan kiri jalan serta keheningan suasana dusun menyambut kedatangan Mbah Wongso.

Setelah sekitar tujuh menit melewati jalan yang hanya cukup untuk satu kendaraan roda empat, mobil taxi yang di tumpangi oleh Mbah Wongso berhenti di sebuah rumah.

Mbah Wongso pun bergegas membuka pintu dan turun dari dalam mobil. Mbah Wongso hanya berdiri, tangannya membetulkan topi sembari memandang sekitar yang mungkin masih asing baginya.

Keponakan yang bersamanya lantas mengajak Mbah Wongso berjalan menuju sebuah rumah. Di dalam rumah sudah menunggu Songko Hardjosukoyo yang tidak lain adalah satu-satunya adik kandung ayahnya, yang masih hidup. Keduanya pun lantas saling bersalaman dan duduk berdampingan.

"Kamu memang mirip sekali dengan bapakmu," ucap Songko Hardjosukoyo sembari memegang erat tangan Soegiran Wongsotaroeno (80) atau dipanggil Mbah Wongso.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan