Minggu, 10 Agustus 2025
ABC World

SD Kalam Kudus Yogya Belajar Buddy Program dari Sekolah Australia

Tindak kekerasan di sekolah di Indonesia kadang menimbulkan kematian murid. Sekarang beberapa sekolah mulai menerapkan program 'buddy"…

Kakak kelas VI mengajak adik kelas, (dalam kegiatan ini adik kelas TK).  Kakak kelas masing-masing mengajak satu adik kelas  untuk berkeliling ke lokasi SD.

Murid sekolah SD Kalam Kudus Yogyakarta melakukan tur di sekolah sebagai bagian dari program buddy. (Foto: GSM)
Murid sekolah SD Kalam Kudus Yogyakarta melakukan tur di sekolah sebagai bagian dari program buddy. (Foto: GSM)

Kakak kelas menggandeng adik kelas berkeliling sambil mengenalkan lokasi SD kepada adik TK. Perjalanan diakhiri dengan ruangan perpustakaan. Di perpustakaan itu adik kelas bisa memilih buku yang disukai, lalu kakak kelas akan membacakan buku cerita untuk adik kelas.

Kegiatan ini setidaknya mengarahkan agar kakak kelas menjadi pengayom bukan peguasa. Kakak kelas menjadi sahabat atau buddy bukan “preman”. 

Kegiatan yang dilaksanakan  berdampak langsung kepada adik kelas calon kelas 1 SD. Mereka menjadi tidak takut lagi pada kakak kelas. Kakak kelas pun merasa menjadi “pengayom” atau pelindung bagi adik-adik kelas. Kegiatan ini akan dirintis untuk dilakukan beberapa kali sehingga menjadi sebuah gerakan budaya.

Tidak hanya itu, Kepala SD Kalam Kudus terus mensosialisasikan bahwa kakak kelas  WAJIB menjadi kakak bagi adik kelas.  Saat upacara atau ibadah hal ini terus diingatkan.

“Siapa di sini yang menjadi adik tunggal?” Banyak anak yang mengangkat tangan.

“Nah kalian  mungkin di rumah  tidak punya adik, tapi di sekolah kalian memiliki adik". Murid di Kalam Kudus akan menerapkan program "buddy" atau sahabat ini. Ayo coba kita hitung, adik-adik kita ya.  "Kakak kelas 1 pasti punya adik TK", "kakak kelas 2 punya adik kelas 1dan TK",  "kakak kelas 3 punya adik TK, kelas1 dan 2. Demikian seterusnya, bahwa kakak kelas VI punya adik TK hingga kelas 5,” begitulah biasanya yang saya sampaikan sebagai kepala sekolah saat upacara.

Penyemaian sistem "buddy" ini memanglah tidak mudah di tengah fakta tontonan TV  yang sepertinya “menghalalkan” kekerasan.

Meski begitu, sistem buddy yang mengenalkan kakak kelas sebagai pengayom dan sobat bagi adik kelas harus terus dilakukan agar menjadi sebuah budaya. Indah rasanya semua murid adalah saudara sebagai kakak dan adik. Kakak kelasku menjadi pengayom atau "buddy"ku.

Saling berbagi, saling menghargai dan belajar sehingga kisah Renggo Kadafi tidak akan terulang lagi sampai kapanpun.

* Tulisan ini adalah pendapat pribadi. Lily Halim, S.Pd, Kepala Sekolah SD Kalam Kudus Yogyakarta (salah satu sekolah jejaring GSM).

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan