Minggu, 5 Oktober 2025
ABC World

Adimas Tampil di Emerging Writers' Festival 2016

Penyair muda Indonesia Adimas Immanuel diundang tampil dalam Emerging Writers\' Festival di Melbourne, Australia. Penyair kelahiran…

(Sesi baca puisi ini berlangsung Rabu 23 Juni di salah satu galeri. Dimas tampil bersama Soreti Kadir, Alice Skye, Joelistics, Emily Lubitz, Birdz, James Teague, LANKS, dipandu oleh Jen Cloher).

buku puisi adimas
Buku kumpulan puisi Di Hadapan Rahasia yang diterbitkan Gramedia, Januari 2016.

Foto: istimewa

Selain di kedua sesi itu, Dimas juga terlibat dalam kegiatan exchange dan mengunjungi daerah Anglesea di pinggiran Kota Melbourne.

Di sana, dia bertemu penyair Australia yang juga emerging writer meski usianya telah 60 tahun. "Namanya Mark Smith, dan dia tampil di sesi yang temanya kira-kira, emerging boleh walaupun usia sudah tua," kata Dimas.

Bagaimana Anda melihat puisi Indonesia saat ini?

Dalam forum itu juga saya membahas puisi indonesia yang sekarang jauh lebih modern. Konteksnya, pasar puisi jauh lebih luas, lebih cair juga, tema yang dibahas jauh lebih banyak. Tapi tetap ada muatan-muatan di situ, misalnya situasi politik.

Sama seperti yang Aan Mansyur bilang, bahwa puisi itu sebenarnya alat pikiran, alat untuk menyampaikan sesuatu dengan cara yang lebih bisa diterima. Kita bisa menyampaikan tema-tema seperti cinta tapi itu hanya layer pertama, layer muka.

Dengan teknologi komunikasi teks sekarang cepat menyebar dan puisi punya sisi positif juga karena kalau cerpen dan novel kan lebih panjang. Nah puisi itu jadi jembaran pertama yang menjadi trigger orang untuk mencintai sastra.

Mungkin yang mereka lihat hanya kuitpan-kutipan sederhana. Tapi ada komunitas yang menyebarkan kutipan-kutipan itu.

Saya tidak besar dari komunitas penyair, melainkan hanya mahasiswa biasa saja yang kuliah ekonomi. Saya tidak terikat dengan komunitas tertentu. Saya diundang ke festival seperti ini tentu jadi motivasi. Otomatis saya ingin membuktikan. Dan efeknya untuk anak-anak muda di sekitar saya yang melihat, mereka akan menilai, oh ada kemungkinan untuk penulis muda bisa tampil.

Dalam salah satu puisinya berjudul Di Hadapan Rahasia, Dimas menulis:

"Masihkah kita harus bersengketa ketika hari hampir habis dan doa hanya menjadi ritus ala kadarnya sementara daun-daun tak sekali pun menebak ke mana angin akan meniupnya.

Seperti kita manusia, yang amat kecil di hadapan rahasia, yang tak sepenuhnya berkuasa atas jatuh-bangun kita."

Kini Dimas menetap di Jakarta dan bekerja sebagai copy writer di salah satu perusahaan public relations sembari menempuh pendidikan S2 bidang kebijakan publik di Universitas Indonesia.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved