Pengamat Pesimis Pertumbuhan Ekonomi 2016 Capai 5,5 Persen
Hal ini, didasari dengan pertumbuhan ekonomi tahun ini yang diperkirakan hanya 4,8 persen
Penulis:
Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat ekonomi Ichsanuddin Noorsy merasa pesimis pemerintah dapat mengejar pertumbuhan ekonomi 2016 sebesar 5,5 persen. Hal ini, didasari dengan pertumbuhan ekonomi tahun ini yang diperkirakan hanya 4,8 persen.
"Tahun ini saja akan bergerak di 4,8 persen (pertumbuhan ekonomi), jadi 5,5 persen target tahun depan itu berat. Terutama problem nilai tukar dan kedua infrastruktur tidak ada hasilnya dalam waktu singkat, kemudian ketiga efektivitas desa itu belum mengatasi ketimpangan dengan baik," ujar Ichsanuddin, Jakarta, Sabtu (15/8/2015).
Menurutnya, permasalahan ekonomi dalam negeri ke depan juga masih akan tertekan dengan situasi eksternal yang belum menunjukan tanda-tanda perbaikan. Telebih, peperangan mata uang antara Amerika Serikat dan Tiongkok diprediksi masih berlanjut.
"Ketika nilai tukar berfluktuasi, semuanya akan bergerak, pertumbuhan berpengaruh, suku bunga berpengaruh, jumlah produksi berpengaruh, ICP (harga minyak mentah Indonesia) berpengaruh," tuturnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, kinerja pemerintah pada 8 bulan tahun ini tidak maksimal, terlihat dari penyerapan anggaran baru mencapai 46 persen dan tidak mungkin menghabiskan 54 persen lagi dalam waktu tiga bulan.
"Asumsi saya serapan anggaran APBNP 2015 tidak mungkin melampaui 90 persen, dengan begitu pertumbuhan ekonomi tahun ini tidak mencapai di atas 5 persen, tapi di 4,8 persen," ujarnya.
Asumsi ekonomi makro 2016, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun depan mencapai 5,5 persen. Target tersebut, berdasarkan kondisi ekonomi global diproyeksikan membaik sehingga kinerja ekspor-impor serta permintaan global atas produk-produk Indonesia akan meningkat.
Kemudian, pembangunan infrastruktur juga akan mendorong kinerja pembentukan modal tetap bruto dan konsumsi nasional.