Minggu, 7 September 2025

Erupsi Gunung Agung

Inilah Alasan Mengapa Debu Vulkanik Gunung Membahayakan Penerbangan, Sudah Ada Buktinya

Otoritas penerbangan Indonesia telah menutup Bandara Internasional Ngurah Rai, Senin (27/11/2017).

Editor: Hasanudin Aco
KOMPAS.com/Wijaya Kusuma
Pesawat B737-800 Garuda Indonesia yang terpapar abu vulkanik Gunung Kelud, Februari 2014 di Bandara Adisutjipto, Yogyakarta. Penerbangan ditutup. 

Jika tidak segera menurunkan ketinggian dan terbebas dari kepungan abu vulkanik, bisa jadi malapetaka yang lebih besar tidak terhindarkan saat itu, seperti pesawat yang bakal mengalami disintegrasi.

Baca: 445 Penerbangan Kena Dampak Penutupan Bandara Ngurah Rai

Speedbird 9 kemudian mengalihkan pendaratannya di bandara terdekat, yaitu Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Debu silika yang ukurannya sangat kecil, diameternya antara 6 mikron hingga 2 mm, bisa terbawa angin dengan mudah, dan karena terlontar dari kawah gunung berapi, maka debu bisa membubung tinggi hingga ketinggian jelajah pesawat.

Karena saking kecil dan ringannya, debu gunung berapi sulit untuk dihilangkan, dan membutuhkan waktu yang lama untuk hilang sepenuhnya jika tidak segera diambil tindakan.

Jika hal ini terjadi dan dibiarkan maka dalam jangka waktu lama debu yang menempel dalam badan atau komponen pesawat bisa menyebabkan retakan-retakan halus di tubuh pesawat.

Retakan di badan pesawat, sekecil apa pun, sangat membahayakan karena badan pesawat didesain agar bisa "mengembang" dan "mengempis" saat di udara dan di darat, menyesuaikan dengan tekanan udara.

Debu silika gunung berapi memiliki titik leleh pada suhu 1.100 derajat celsius.

Lelehan itu bisa menempel dan melumerkan komponen bilah-bilah turbin di dalam mesin jet, atau nozzle, yang dalam pesawat jet modern suhunya bisa mencapai 1.400 derajat celsius.

Hal itu sesuai dengan kesaksian salah satu penumpang British Airways nomor penerbangan 9 yang mengatakan bahwa mesin B747 yang ditumpanginya terlihat menyala terang.

Bila komponen mesin terbakar dan meleleh, pesawat tidak lagi memiliki daya dorong yang seharusnya dibutuhkan untuk terbang.

Debu gunung berapi juga bisa merusak kaca depan pesawat.

Debu silika memiliki kontur yang tajam yang jika ditabrak dengan kecepatan tinggi maka kumpulan debu itu bisa membuat kaca depan pesawat tersayat-sayat, pandangan pilot pun jadi terbatas.

Abu vulkanik yang menempel di pesawat dalam jumlah banyak juga akan merusak aliran udara di sekitar badan pesawat dan justru menjadi penghambat lajunya.

Pesawat yang baru saja melintasi area abu vulkanik akan mendapatkan pengecekan secara menyeluruh.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan