Selasa, 23 September 2025

Gali Potensi Logam Tanah Jarang, Analis Sarankan Pemerintah Berguru ke China

Menurut Ariston, memiliki bahan baku berupa logam-logam itu tidak cukup untuk membuat Indonesia jadi pemain besar dunia

Komopas/M Suprihadi
Ilustrasi tambang 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Material logam tanah jarang atau rare earth kembali mencuat lantaran Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhur Binsar Panjaitan membahas untuk menggali potensi pengembangan itu di industri persenjataan bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.

Kepala Riset PT Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra mengatakan, Indonesia membutuhkan teknologi untuk mengembangkan produksi logam tersebut.

Baca: Menko Luhut Apresiasi Pertamina Sukses PLBC dan TKDN RDMP Cilacap

"Wah, pastinya butuh alih teknologi dari negara yang sudah memanfaatkan potensi rare earth," ujarnya kepada Tribunnews, Rabu (23/7/2020).

Menurut Ariston, memiliki bahan baku berupa logam-logam itu tidak cukup untuk membuat Indonesia jadi pemain besar dunia.

"Kalau memang Indonesia punya materialnya, berarti perlu teknologi dan biaya untuk mengambilnya," katanya.

Baca: Analis: Indonesia Mau Jadi Pemain Logam Tanah Jarang, tapi China Kuasai Pasar 95 Persen

Karena itu, dia menyarankan, pemerintah agar bisa mempelajari rare earth ini ke negara penguasa pasar di dunia sebesar 95 persen yakni China.

"Mungkin kerja sama dengan China menjadi satu opsi untuk alih teknologi dan pembiayaan," pungkas Ariston.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan