Senin, 25 Agustus 2025

Harga Kedelai tak Terkendali

Harga Kedelai Naik, Pedagang: Besok Tempe Mulai Ada Lagi, tapi Mungkin Ukurannya Dikurangi

Ngatinah (43), penjual sayuran di Pasar Kencar, Kota Bambu Selatan, Jakarta Barat, mengaku sejak Jumat lalu dirinya tidak menjual tempe dan tahu.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Sanusi
Fitri Wulandari/Tribunnews.com
Transaksi jual beli di Pasar Kencar, Kota Bambu Selatan, Jakarta Barat, Minggu (3/12/2020) pagi. 

Hal tersebut bisa saja diatasi dengan produksi tahu menggunakan kedelai dalam negeri, dan produksi tempe menggunakan kedelai impor. Tentunya pengaturan penggunaan kedelai hanya bisa diatur pemerintah

"Swasembada kedelai bukan berarti kita anti-impor, tetapi untuk menyeimbangkan," kata Handoko.

Ketiga, meminta pemerintah untuk segera mengevaluasi hasil produksi kedelai lokal, yang selama ini data statistik menunjukkan produksi kedelai lokal rata-rata mencapai 800.000-900.000 ton. Angka produksi itu disebut sangat jauh dari kebutuhan kedelai dalam negeri.

"Analisa kami, jumlah produksi kedelai lokal jauh api dari panggang," ujarnya.

Berdasarkan data Gabungan Koperasi Tempe dan Tahu Indonesia (Gakoptindo) diperkirakan kebutuhan kedelai untuk produksi para anggotanya sekitar 150.000-160.000 per bulan. Artinya, tiap tahunnya kebutuhan kedelai berkisar 1,8 juta-1,92 juta ton.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mogok Produksi, Perajin Tahu-Tempe Tuntut Ini ke Pemerintah"

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan