Senin, 15 September 2025

Tropical Forest Alliance Dorong Industri Jalankan Rantai Pasok Berkelanjutan dan Anti Deforestasi

TFA saat ini memiliki 170 mitra, sebagian besar adalah perusahaan FMCG dan juga trader.

Editor: Choirul Arifin
FMT
Panen tandan buah segar kelapa sawit. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tropical Forest  Alliance (TFA), sebuah patform kemitraan global yang diprakarsai Consumer Goods Forum (CGF) mendorong dunia industri memanfaatkan rantai pasok yang berkelanjutan dan menghindari praktik perambahan hutan untuk ekspansi produksi.

Dalam menjalankan aksinya, TFA melibatkan para stake holder yang terdiri dari pemerintah, swasta dan masyarakat sipil.

Rizal Algamar, Direktur TFA Southeast Asia dalam diskusi dengan media di Jakarta, Jumat (30/4/2021) mengatakan, TFA saat ini menjalankan tiga kerangka kerja strategis:

Pertama, membangun jejaring dengan mitra yang memiliki agenda sama agar rantai pasok untuk pemenuhan bahan baku industri fast moving consumer goods (FMCG) bebas dari ancaman deforestasi.

Agenda kedua, memperkuat upaya pencapaian rantai pasok yang bebas deforestasi, dan agenda ketiga memobilisasi seluruh stake holder.

Baca juga: Program Sawit Berkelanjutan, Asian Agri Berikan Pendampingan Replanting ke Petani

"Mereka perlu dimobilisasi agar bisa bekerja bersama sama dengan agenda yang sama dengan kita agar bisa mengakseletasi rantai pasok yang bebas dari deforestasi," ujar Rizal.

Dijelaskan, TFA saat ini memiliki 170 mitra, sebagian besar adalah perusahaan FMCG dan juga trader. "Kita juga bekerja sama dengan petani swadaya dan small trader masuk dalam rantai pasok anti deforestasi," ungkapnya.

Baca juga: Tiga Kunci Utama UMKM Berbasis Sawit Jadi Pemain Dunia

Pada Climate Leader Summit yang diinisasi oleh Amerika Serikat pada 22 April 2021, Presiden Jokowi menyampaikan dalam 10 tahun terakhir Indonesia sukses menurinkan laju deforestasi yang signifikan hinga mencapai 75,03 persen dibandingkan sebelumnya.

Indonesia juga berhasil menurunkan kebakaran lahan cukup signifikan.

Baca juga: Perkebunan Kakao Terbesar di Dunia Dibangun di Pulau Seram Maluku

Fitrian Ardiansyah, Chairperson of Yayasan IDH menekankan, agenda aksi TFA akan berhasil jika berhasil membangun komunitas bersama untuk mencapai visi pemenuhan rantai pasok yang berkelanjutan.

"Aksi-aksi yang diperlukan untuk dorong pencegahan deforestasi ini, tantangan yang saat ini ada tak bisa diselesaikan oleh satu pihak saja, harus melibatkan sektor swasta," ungkapnya.

TFA saat ini memiliki sejumlah mitra seperti di Aceh, Riau dan Kalimantan Barat dan aktif melakukan upaya pencegahan deforestasi.

Dicontohkan, pada industri kelapa sawit, langkah ini antara lain dengan memperbaiki pola pemilihan bibit sampai ke manajemen lahan untuk meningkatkan yield tanaman.

Hasilnya, produktivitas yang dihasilkan tanaman lebih tinggi tanpa perlu memperluas areal lahan melalui pembukaan lahan baru.

"Fakta di Indonesia ada perbedaan yang jauh antara yield perkebunan besar dengan petani swadaya. Tapi perusahaan-perusahaan besar sekarang sudah mulai melakukan integrasi dengan rantai pasoknya termasuk merangkul petani perkebunan kecil," ujar Fitrian.

Karena itu, diperlukan kebijakan agar kerjasama kemitraan ini bisa langgeng dan harus pula didukung kebijakan finansial.

"Misalnya, saat membongkar lahan tanaman lama diganti dengan tanaman baru, harus ada insentif finansial agar petani mitra tetap mendapat support finansial saat tanaman barunya belum produktif," jelasnya.

Fitrian memaparkan, salah satu mitra dalam kerangka TFA saat ini adalah perusahaan perkebunan Asian Agri.

"Dengan Asian Agri kami menjalin kerjasama sejak 4 tahun. Kita juga mendorong akselerasi legalitas lahan agar petani bisa mendapat akses pembiayaan ke perbankan," bebernya.

Insan Syafaat, Executive Director PISAgro menambahkan, kepada para mitra TFA pihaknya meminta agar mereka menjalankan kebijakan bisnis yang berkelanjutan dalam proses produksinya.

"Untuk peremajaan tanaman kelapa sawit sudah dimulai sejak 2015. Misalnya, seperti dilakukan Sinar Mas Group (PT Smart dan Golden Agri) karena ada tantangan produktivitas tinggi, terutama dari petani di luar plasma," ujarnya.

Dia juga menekankan, petani swadaya perlu dirangkul karena persentase mereka saat ini mencapai 40 sampai 45 persen dari total perkrbunan sawit di Indonesia.

"Inisiatif yang lebih luas melibatkan banyak pihak dan itu antara lain terjadi di level lanskap atau jurisdiksi seperti dilakukan di Kabupaten Siak, Riau, mendukung komitmen pemda menjadikan Siak sebagai kabupaten hijau," ungkap Insan.

Janne Siregar, Jurisdiction Lead TFA mengatakan, dalam konteks rantai pasok, tiga mitra TFA yaitu NESTE-GAR dan SPKS berupaya melakukan pemetaan petani sawit di 3 desa prioritas di Kabupaten Siak.

"Upaya ini bertujuan untuk melibatkan petani sawit ke dalam rantai pasok serta kedepannya mendukung petani yang teridentifikasi, dengan skema pendanaan, pemberdayaan pengetahuan agronomi dan akses pasar,: ungkap Janne.

Hal ini nantinya dapat membantu Pemerintah Siak dalam hal target replanting ataupun perlindungan hutan dan gambut.

"Upaya ini kami dokumentasikan untuk mendorong munculnya aksi kolektif yang lebih banyak untuk mendukung petani terlibat dalam upaya produksi yang berkesinambungan.” bebernya.

Rizal menambahkan, TFA membangun sinergi lebih dalam hanya stake holder di sektor tertentu saja. "Pengusaha paham bahwa growing sustainability memberikan insentif bagi keberlangsungan bisnis mereka," ungkapnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan