Telkom Rangkul Technoplast Buat Boks Vaksin Berteknologi IoT
Boks vaksin ditanamkan teknologi Internet on Things (IoT) agar tetap terjaga kualitasnya serta mengukur resiko pengiriman vaksin saat proses distribus
Penulis:
Reynas Abdila
Editor:
Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Telkom Indonesia Tbk berkolaborasi dengan PT Trisinar Indopratama (Technoplast) membuat Insulated Vaccine Carrier (IVC) atau boks vaksin yang dipergunakan untuk mendistribusikan vaksin Covid-19.
Boks vaksin ditanamkan teknologi Internet on Things (IoT) agar tetap terjaga kualitasnya serta mengukur resiko pengiriman vaksin saat proses distribusi.
Direktur Enterprise & Business Service Telkom Indonesia Edi Witjara menuturkan pemerintah terus berupaya menggenjot distribusi vaksin Covid-19 demi mencapai kekebalan kelompok.
"Penggunaan IoT pada IVC memungkinkan pengiriman data yang akurat, sekaligus mencatat pergerakan suhu secara sistematis selama distribusi berlangsung. Data ini akan menjamin parameter kualitas vaksin tetap baik sesuai ketentuan yang ditetapkan Kementerian Kesehatan,” kata Edi saat penandatanganan MoU secara virtual, Jumat (23/7/2021).
Baca juga: Telkom Dukung 33 Desa Digital di Wilayah 3T dan Bangun Kolaborasi SME Space untuk UMKM di Jabar
Sementara Direktur Technoplast Ellies Kiswoto menyebut dukungan Telkom Indonesia dalam penerapan teknologi IoT pada boks vaksin diharapakan dapat kebutuhan pemangku kepentingan.
Ellies menjelaskan pada awalnya perusahaan hanya fokus melakukan inovasi pembuatan boks vaksin standar medis sesuai spesifikasi vaksin Covid-19 yakni menjaga suhu 2-8 derajat selama penyimpanan dan distribusi.
"Namun faktanya adalah vaksin merupakan produk biologis yang mudah rusak, maka penggunaan teknologi IoT pada boks vaksin mampu menekan resiko pengiriman vaksin oleh para produsen dan pemangku kepentingan secara terintegrasi,” tutur Ellies.
Pandemi Covid-19 harus menjadi momentum positif dalam proses inovasi khususnya yang bernilai tambah bagi masyarakat luas.
Kolaborasi BUMN dan Swasta ini dapat menjadi contoh produktif penciptaan inovasi yang mampu di implementasikan secara langsung pada proses vaksinasi nasional yang menyasar lebih dari 180 juta akseptor vaksin.